Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Memahami Fenomena "Musim Serangan Fajar" dalam Tahun Politik

10 Februari 2024   14:32 Diperbarui: 10 Februari 2024   14:34 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uang sering kali dimanfaatkan sebagai alat untuk memenangkan pemilihan, tetapi penggunaannya yang tidak bertanggung jawab dan tidak etis dapat merusak tatanan politik yang sehat. Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana dan mengapa uang sering digunakan pada kala tahun politik.

Dampak Penggunaan Uang dalam Kegiatan Politik: Tidak dapat disangkal, penggunaan uang dalam kegiatan politik dapat memengaruhi opini dan pikiran masyarakat.

Calon politisi, terlebih para petahana, seringkali mendapatkan banyak donasi dari bawahannya, atau bahkan konglomerat. Ini mengarah ke pertanyaan tentang siapakah calon politisi ini sebenarnya akan mempertahankan di posisi kekuasaannya apabila sudah terpilih. Terlebih lagi, para donator akan "meminta" sesuatu sebagai balasannya, yang mengarah pada tindakan korupsi.

Menghadapi Penggunaan Uang dalam Kegiatan Politik: Sebagai masyarakat, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menghadapi dampak penggunaan uang dalam kegiatan politik.

Pertama, kita harus mengenali bahwa penggunaan uang dalam politik tidak sehat dan merusak. Kedua, kita harus memahami karakteristik para calon politisi yang kita dukung dan calon yang kita tidak sukai. Terakhir, kita harus memahami dan percaya bahwa kedewasaan dalam hal memilih para pemimpin adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai warga negara.

Penggunaan uang dalam kegiatan politik memang sudah menjadi "budaya" dalam dunia politik di Indonesia. Namun, sebagai masyarakat, kita harus menyadari bahwa penggunaan uang pada saat pemilihan dapat membawa dampak yang jauh lebih buruk bagi tatanan politik dan demokrasi.

Oleh karena itu, kita semua harus bijak dan kritis dalam memilih para pemimpin yang akan memimpin negara ini dan jangan sampai tergiur dengan janji manis yang dapat berubah menjadi sesuatu yang beracun.

Sebuah kampanye yang sukses dan berpengaruh tidak selalu memerlukan biaya. Ketulusan, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang sekitar lebih jauh, lebih penting dari pada apa pun yang dapat dibeli dengan uang. Pilihlah pemimpin yang membawa nilai-nilai itu sebagai landasan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Membangun Kesadaran Masyarakat untuk Menghilangkan Fenomena Budaya Uang sebagai Serangan Fajar

Pada saat pemilihan, budaya uang seringkali menjadi alat untuk memenangkan suara di kalangan masyarakat. Namun, penggunaan uang secara tidak etis dapat membahayakan tatanan politik dan mempengaruhi pemilihan sehat.

Artikel ini akan membahas bagaimana menghilangkan fenomena budaya uang yang digunakan sebagai serangan fajar dan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk memperbaiki situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun