Mohon tunggu...
Eko Wardaya
Eko Wardaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Divisi Bantuan Hukum Seknas LS VInus

Pegiat Pemilu dan Demokrasi 💻📱☕️

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Pandemi, dan Milenial Kagetan

6 Mei 2020   04:00 Diperbarui: 6 Mei 2020   11:33 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan tiba

Ramadan tiba

Ramadan tiba

Marhaban yaa Ramadan

Marhaban yaa Ramadan

Lantunan diatas sering kita dengar ketika bulan Ramadan tiba. Bahkan sampai ada pelesetannya, mengganti lirik "marhaban yaa Ramadan" dengan "tiba-tiba Ramadan". 

Dari pelesetan lirik itulah awal mula ide tulisan ini ingin saya angkat, sambil melihat perilaku milenial sekitar di tengah masa pandemi Covid-19.

Kurang lebih satu bulan sudah para pekerja memasuki masa Work From Home, anak sekolah beraktifitas School From Home, dan beberapa kota besar telah diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Dan kini kita pun telah memasuki sepuluh hari kedua bulan Ramadan, apa yang berbeda Ramadan kali ini bagi para milenial?

Milenial yang ingin saya bahas disini diantaranya para pekerja muda dimana di Kota kami diberlakukan PSBB. Sebutlah Toni yang sehari-hari sebelum pandemi biasa menarik gerobak mainan anak-anak dan mangkal di depan sekolahan, kini Toni kehilangan sumber penghasilannya dan hanya bisa menanti bantuan sosial pemerintah serta mendaftar kartu prakerja. Ketika saya beri saran untuk jualan online, ia mengaku terkendala modal.

Ada pula Ramses, ia pegawai swasta yang dalam kondisi PSBB masih harus bekerja, jika tidak mau maka pilihan dari kantornya hanya cuti tanpa gaji. Lalu ada Rani, ia terkena PHK yang sempat viral dari salah satu Mall di Kota kami. Kesemuanya adalah generasi milenial yang terkena imbas kondisi pandemi.

Jadi apa yang mereka rasakan ketika Ramadan tengah bergulir? Saya sendiri tidak menanyakan hal tersebut kepada mereka, tapi saya mencoba membuat beberapa kemungkinan. 

Ada tipikal milenial yang sudah mempersiapkan kehadiran bulan Ramadan tapi ada juga yang mengalir seperti air, dalam hal ini saya sebut milenial kagetan

Sesulit apapun imbas pandemi, milenial yang punya persiapan Ramadan biasanya akan tetap fokus mencapai targetnya baik spiritual (pencapaian ibadah) maupun sosial (silaturahmi kumpul-kumpul atau amal sosial). 

Karena justru bulan Ramadan ini lah momen untuk memohon pertolongan kepada Allah, dikutip dari laman nu.or.id, Ramadan memiliki tiga fase yaitu sepuluh hari pertama rahmat, sepuluh hari kedua adalah ampunan, dan sepuluh hari ketiganya adalah terbebas dari api neraka.

Artinya, "Awal bulan Ramadan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka."

Milenial tipe ini bisa menghilangkan kecemasan dengan menghadirkan kebaikan yang ingin mereka capai. Banyak dari mereka menjadi relawan gugus tugas Covid-19, mengadakan pengumpulan dana untuk mengentaskan kesulitan ekonomi masyarakat sampai rutinitas kajian Islam online yang membudaya di tengah pandemi. 

Bahkan amal ibadah yang khusu' di tengah kesendirian beribadah di rumah masing-masing. Apa tipe ini adalah mereka yang mampu atau cukup secara ekonomi? 

Tidak juga, banyak dari mereka anak-anak karang taruna yang tidak berpenghasilan sama sekali, tapi dengan nurani dan kesadaran yang tinggi mereka tetap yakin akan kuasa Allah di bulan Ramadhan serta tekad kuat untuk membantu sesama yang juga akan membantu diri mereka sendiri. 

Lain hal dengan milenial kagetan, masih dikutip dari laman nu.or.id, orang yang kagetan, kata kiai yang juga Ketum PBNU, tidak akan mampu mengatasi masalah. 

"Petinju sebelum main betulan, saling menjatuhkan kejiawaan lawan. Supaya lawannya minder. Seharusnya tetap berpikir 'Saya lebih hebat', maka akan menang," papar Kiai Said.

Milenial kagetan menurut saya serupa dengan apa yang dikatakan yai, kecemasan dan kekhawatiran akan yang dihadapinya sekarang dan yang akan datang lebih menyelimuti ruang pikiran mereka, sehingga Ramadan tak dioptimalkan untuk menggapai apa yang telah dijanjikan Allah swt. 

Milenial kagetan cenderung mengalir saja, ada kegiatan sosial ikut, kongko kongko online ikut. Jadi ya nimbrung tak tentu arah. Berharap insentif dari kartu pra kerja, menanti-nanti bansos, H2C (harap-harap cemas) dapat THR atau tidak. Ketika ditanya pencapaian ibadah Ramadaan, ya seadanya malah ada pula yang beralasan tidak semangat karena tidak berjamaah di Masjid.

Nah memasuki hari sepuluh yang kedua, masih ada waktu untuk tidak menjadi milenial kagetan, cukup sepuluh hari pertama saja kalaupun kaget. Untuk mengingatkan kita, kawan yang lain dan menyadarkan yang masih kagetan, mari kita kejar di waktu yang tersisa karena bulan suci Ramadan adalah bulan yang istimewa dan mulia.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

Kita bersama-sama memohon ampunan, dimudahkan perjalanan kehidupan kita, disudahi pandemi ini dan tentu tidak terjerumus menjadi milenial kagetan yang seakan-akan bersenandung,

Ramadhan tiba

Ramadhan tiba

Ramadhan tiba

Tiba-tiba Ramadhan

Tiba-tiba Ramadhan

Karena Ramadhan tidak datang tiba-tiba maka dari itu, persiapkanlah hari-hari yang masih tersisa. 

Kebenaran sejati hanya milik Allah.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun