Hari raya Idul Fitri identik dengan hari kemenangan dari satu pertarungan besar selama satu bulan penuh. Karena itu secara naluriah sebagai pemenang tidak cukup dengan hanya melakukan syukuran. Untuk mengimbangi rasa gembira berlebih seringkali orang bahkan melakukan selebrasi hingga perayaan akbar.
Di hampir semua kalangan perayaan paling sederhana ditunjukkan dengan royalnya masyarakat dalam menyediakan nyamikan yang melimpah di atas meja tamu di hari Lebaran. Yang paling banyak mereka sajikan di ruang tamu adalah aneka rupa kue kering. Walupun masih ada beberapa nyamikan basahsebagai pelengkap.
 Lebaran di masyarakat kita identik dengan kontes kue kering dari berbagai jenis yang beredar di pasaran. Ada banyak pilihan baik yang olahan pabrik maupun yang hand made oleh pembuat kue kelas rumahan.Â
Macam-macam Kue Lebaran
Sedangkan beberapa nyamikan basah sebagai pelengkap hidangan puncak hari raya Lebaran diantaranya: wajik, apem, tape ketan, kue lapis dan lain-lain. Karena tidak tahan lama maka sajian nyamikan basah tak bakal nampak mulai hari ketiga Idul Fitri.
Saya sendiri sebenarnya lebih suka menyantap nyamikan basah dengan alasan lebih nyaman dikunyah.
Namun karena tuntutan judulnya kontes kue kering hari raya tak ada pilihan selain menentukan kue kering favorit menurut selera lidahku. Dari dulu sampai sekarang selera cita rasa kue kering hari raya berpihak pada jenis kue wafer.
Renyah Lumer Keistimewaan Wafer
Wafer memiliki struktur bahan yang hasil akhirnya mudah lumer dalam rongga mulut. Berbarengan dengan itu dalam komposisi rasa menjanjikan cita rasa khas dan pas gabungan antara lezat dan manis.
Ya, begitulah kalau bicara soal rasa. Tak ada kalimat yang sanggup menggambarkan dengan persis. Karena rasa adalah dimensi pengalaman.Â