Menjelajah Laut
Suatu pagi, Sultan Aaron memanggil kembali si pria cerdas Abu Nawas ke istana. Ia berkata, "Hari ini saya ada tugas buatmu, Abu Nawas," ujar Sang Sultan.
"Apa yang harus saya lakukan, Baginda?" tanya Abu Nawas tak sabar.
"Tahukah kau bahwa kita punya sebuah teluk yang luas, yang tak jauh?" tanya Sultan Aaron.
"Ya, Baginda," jawab Abu Nawas.
"Bagus! Sayang sekali tak ada seorang pun yang pernah berenang menyebrangi teluk itu. Aku penasaran, apakah mungkin bagi seseorang untuk berenang menyebrangi teluk? Berapa hari ia akan sampai di sisi lainnya teluk? Abu, aku perlu kau untuk menjawab rasa penasaranku. Aku ingin kau menerima tugas kehormatan ini".
Abu Nawas sangat terkejut. "Baginda, Saya bukanlah perenang yang baik," ujarnya.
"Saya tahu kau bukan perenang yang baik, tapi semua orang tahu kaulah orang paling cerdik senegara ini. Kau musti bisa melakukannya," jawab Sang Sultan.
"Ya, saya akan melakukannya, Baginda," gerutu Abu Nawas setelah ia pamit undur diri.
Lalu, ia berjalan-jalan ke pantai. Ia melihat teluk yang begitu luas. Kemudian, ia duduk di bawah pohon palem. Ia tengah memikirkan ide untuk memecahkan masalah tugasnya yang mustahil. Detik itu juga, ia melihat banyak pakaian anak-anak. Mereka menumpuknya di atas batu besar disebelahnya.
"Dimana anak-anak itu? Mereka mustinya sedang berenang di pantai," seorang pria bertanya pada dirinya. Lalu, tiba-tiba ia berseru, "Saya dapat ide!"
Ia berdiri dan berjalan pulang. Ia bangun lebih pagi esoknya. Ia segera pergi ke pantai. Ia tersenyum dan melepaskan pakaian serta cincinnya. Ia menaruhnya di atas pasir. Ia melepas sepatunya, kemudian meletakkannya di samping pakaiannya. Ia kembali pulang ke rumah.
Sekitar satu jam kemudian, Sang Sultan dan para mentrinya tiba di pantai. Mereka tersenyum karena mereka yakin bahwa Abu Nawas akan gagal melaksanakan tugas dari Sultan.
"Dimana ia?" tanya Sang Sultan. "Ia bilang bahwa ia sudah di sini sekarang."
"Mungkin ia melarikan diri ke luar negeri. Bagaimana bisa seseorang berenang menyebrangi teluk yang luas ini?" ungkap salah seorang mentri.
Mereka berjalan menyusuri pantai. Ketika mereka berada di dekat pohon palem, Sultan Aaron melihat sesuatu di atas pasir, "Apa itu?" ujarnya.
Mereka jaran buru-buru ke tumpukan barang yang dilihat Sultan. "Pakaian siapa ini" kata Sang Sultan penasaran.
Sang Sultan dan mentri-mentrinya memeriksa pakaian tersebut. Manakala Sang Sultan mengangkat bajunya, sesuatu terjatuh. Ia mengambilnya dan terkejut saat tahu itu cincinnya Abu Nawas. Ia ingat kalau ia memberikan cincin kepada Abu Nawas beberapa minggu lalu.
"Ini cincinnya Abu Nawas," ia menjawab. "Dimana dia?"
Abeydron, salah seorang mentrinya, teriak beberapa kali memanggil Abu Nawas. Tak seorang pun muncul. Sang Sultan dan para mentrinya tak mendengar apapun saat itu.
"Mungkinkah Abu Nawas sekarang sedang berenang menyerangi teluk? tanya Sultan Aaron lirih membatin.
Abeydron tertawa terpingkal, "Abu berani menyebrangi teluk yang luas?" ujarnya sinis. "Paling ini punya orang lain."
"baiklah, ayo sekarang pergi ke rumah Abu Nawas dan itu terbuktikan," sahut Sang Sultan.
Sang Sultan dan para mentrinya berjalan ke rumah Abu Nawas. Istri Abu Nawas mengatakan bahwa suaminya pergi dari rumah sejak pagi tadi.
"Kemarin ia bialng padauk bahwa ia akan berenang menyebrangi teluk. Ia bilang bahwa Baginda memberikan perintah untuk melakukannya. Sebenarnya, saya tidak membiarkannya pergi. Semua orang tahu bahwa ia bukanlah perenang yang baik," ungkap wanita itu sedih.
Pada saat itulah seorang pengawal kerajaan datang dan melapor, "Baginda, Abu Nawas sudah ketemu"
Sang Sultan sangat senang mendengar kabar tersebut. Ia bertanya pada penjaga itu, bagaimana ia ditemukan. Si penjaga menceritakannya.
Pada sore hari, tiga orang nelayan di pantai yang berada di sisi teluk lainnya melihat seorang pria sedang berenang. Ketiaka mereka mendekati orang tersebut, mereka mengenali bahwa itu Abu Nawas. Sebab Abu Nawas nampak sangat kelelahan, Mereka menolong Abu Nawas mencapai pantai. Tak lama setelahnya, ia pingsan. Beritanya cepat menyebar dan didengar si penjaga.
Tak lama setelah itu, Sang Sultan dan beberapa pengawal pergi ke pantai. Sang Sultan duduk di sebelah Abu Nawas, "Abu, Abu!" kata Sang Sultan sambil mengguncangkan tubuh Abu Nawas.
Abu Nawas perlahan membuka matanya. Sultan Aaron sangat gembira. Ia memeluk tubuh si cerdik kuat-kuat. Ia tampak sangat menyesal karena membuat warga negara tercintanya menderita.
Abu Nawas tersenyum kecil ketika Sang Sultan memeluknya.
"Kau luar biasa, Abu."
Madiun, 16 Mei 2021
Catatan: Diterjemahkan dari buku berjudul Abunawas and His Impossible Missions, retold by Sugeng Heriyanto, Cetakan ke-6, diterbitkan Kanisius pertama kali pada 2001.
Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H