Ia berdiri dan berjalan pulang. Ia bangun lebih pagi esoknya. Ia segera pergi ke pantai. Ia tersenyum dan melepaskan pakaian serta cincinnya. Ia menaruhnya di atas pasir. Ia melepas sepatunya, kemudian meletakkannya di samping pakaiannya. Ia kembali pulang ke rumah.
Sekitar satu jam kemudian, Sang Sultan dan para mentrinya tiba di pantai. Mereka tersenyum karena mereka yakin bahwa Abu Nawas akan gagal melaksanakan tugas dari Sultan.
"Dimana ia?" tanya Sang Sultan. "Ia bilang bahwa ia sudah di sini sekarang."
"Mungkin ia melarikan diri ke luar negeri. Bagaimana bisa seseorang berenang menyebrangi teluk yang luas ini?" ungkap salah seorang mentri.
Mereka berjalan menyusuri pantai. Ketika mereka berada di dekat pohon palem, Sultan Aaron melihat sesuatu di atas pasir, "Apa itu?" ujarnya.
Mereka jaran buru-buru ke tumpukan barang yang dilihat Sultan. "Pakaian siapa ini" kata Sang Sultan penasaran.
Sang Sultan dan mentri-mentrinya memeriksa pakaian tersebut. Manakala Sang Sultan mengangkat bajunya, sesuatu terjatuh. Ia mengambilnya dan terkejut saat tahu itu cincinnya Abu Nawas. Ia ingat kalau ia memberikan cincin kepada Abu Nawas beberapa minggu lalu.
"Ini cincinnya Abu Nawas," ia menjawab. "Dimana dia?"
Abeydron, salah seorang mentrinya, teriak beberapa kali memanggil Abu Nawas. Tak seorang pun muncul. Sang Sultan dan para mentrinya tak mendengar apapun saat itu.
"Mungkinkah Abu Nawas sekarang sedang berenang menyerangi teluk? tanya Sultan Aaron lirih membatin.
Abeydron tertawa terpingkal, "Abu berani menyebrangi teluk yang luas?" ujarnya sinis. "Paling ini punya orang lain."