Pertanyaan-pertanyaan itu timbul-tenggelam dalam kepala. Bunyi kereta lain di kejauhan tiba-tiba mengingatkanku pada masa kecil. Ketenangan mulai menguasai jiwaku. Aku teringat dulu sebelum keluarga kami kembali ke Jakarta, Nini hanya membekali keluarga kami dengan doa.
Bukankah ini hari pertama kematiannya? Artinya, Nini belum naik ke surga? Apakah Nini yang pikun tersesat? Lantas, di mana Nini?
Bunyi kereta lain dari jauh meyakinkan aku: Nini tidak naik ke surga, tetapi bagimu, keluargamu, dan orang-orang baik yang mengenalnya, Nini adalah surga itu.
Yogyakarta, 18 Maret 2019
Catatan : Cerpen ini pernah dimuat sebelumya oleh Kalam Kopi