"Oh, ini cuma kumpulan foto" jawabnya gampang. "Saudara mungkin yang menyembunyikan sesuatu?"
      "Jangan macam-macam ya! Siapa sebenarnya saudara dan darimana?" tanyaku mengancam dengan sangkur.
      Lelaki itu terkejut. Kurasakan getaran-getaran kecil dibibirnya yang pucat. Rafika dengan sigap menenangkanku. Dipeganginya tanganku yang tengah menodongkan sangkurku pada lelaki itu. "Tenang mas. Tenang" ucapnya berulang kali.
      Lelaki itu terjatuh dan ketakutan. "Ampun! Ampun! Jangan bunuh saya untuk kedua kalinya." pintanya yang membuat amarahku redam.
      Dibunuh untuk kedua kalinya? Suasana hening. Hujan masih lebat dan angin mulai ribut kembali.
      "Ampun! Ampun! Saya akan pergi. Terimakasih sudah sudi membiarkan saya singgah sejenak. Kalian orang baik".
      Lelaki bernama Tan itu pamit. Ia tinggalkan aku seperti seorang calon pembunuh! Calon pembunuh! Aaakkkkkh! Ini bukan aku! Ini bukan aku! Tidak mungkin aku hendak mengotori hidupku yang sekali ini dengan perbuatan keji!
      "Kemana ia akan pergi hujan lebat dan angin ribut begini? Adakah orang lain yang peduli dapat ia temui?" tanya istriku.
      Tidak ada jawaban. Di ruang minim penerangan ini seolah-olah jawaban tidak dapat ditemukan.
      "Lelaki itu meninggalkan barangnya mas!" kata Rafikadan langsung berlari mengejarnya. "Ia sudah pergi. Entah kemana ia pergi" tambahnya sambil menyesal.
      Kuletakkan sangkurku di meja hijau dan kulihat beberapa kumpulan foto-fotonya itu. Satu persatu. "Foto ini,.." aku menghela nafas panjang. "Astaga! Sayang, kemari cepat sayang! Lihat ini! Lihat!"