"Mari silahkan masuk" ucap Rafika yang terkesan sembrono.
Tamu itu masuk dan kami duduk lesehan di atas tikar pandan. Rafika meninggalkan kami guna menyiapkan hidangan, handuk dan pakaian ganti untuk si Tamu. Ya, tinggallah kami berdua. Sesuatu yang buruk sangat mungkin terjadi.
"Terimakasih sudi memperkenankan saya singgah" katanya sambil menggigil. "Saya Tan dari Ujungpandang*" tambahnya memperkenalkan diri.
Ia ulurkan kedua tangannya. Aku menyambut jabatnya tetapi tangan kiriku masih dibelakang punggung menggenggam sangkur. Dia bukan pembunuh. Tidak ada pistol yang ia bawa. Lelaki itu mencurigaiku. Matanya seakan dapat menerawang menembus tubuhku. Celaka!
"Saudara menyembunyikan sesutu?" bidiknya.
Celaka! Ia tahu. Tanganku masih dalam genggamannya. Segala prasangka buruk mulai timbul. Celaka! Celaka! Tamu ini, meskipun tidak mempunyai pistol, tetapi mungkin dia mahir beladiri tangan kosong.
Rafika, kembali dengan membawakan kelengkapan dan meja hijau kecil guna menaruh wedang jahe dan mie rebus. Diambilnya mangkok mie rebus. Lahap ia memakannya. Dengan sendok dan garpu.
Garpu? Celaka! Celaka! Kini di tangannya sudah ada senjata. Tangan kiriku mulai lembab oleh keringat dingin. Celaka! Celaka! Kulihat kekasihku tanpa suatu kecurigaan. Lengah.
"Terimakasih kalian orang baik" kata si Tamu setelah menyelesaikan makan. "Sebentar," tangannya menggerayang saku bajunya. "Ada barangku terselip" ia mulai berdiri dan tanggannya sibuk menggerayang saku celana. "Sebentar, mungkin tertinggal di luar" dari tingkahnya yang kulihat nampaknya memang ia tengah mencari sesuatu yang teramat penting. Tanpa mengatakan sesuatu Rafika memberikan teplok padanya. "Terimakasih kalian orang baik".
Lelaki itu berjalan keluar dan kembali dengan membawa sebuah kotak seukuran kotak amal. Celaka! Celaka! Isinya pasti pistol! Dengan satu-satunya penerangan yang kami punya di tangannya, ia bisa saja membunuh kami dengan mudah dan menghilangkan jejak. Tamu itu duduk, dan menaruh teplok kami di dekat kakinya. Janggal. Ia tidak meletakkannya di atas meja hijau.
"Anda menyembunyikan sesuatu" tuduhku. "Apa itu?" tanyaku waspada