Bapak bergegas mengambil air wudu seolah ingin menutupi kesedihannya. Usianya yang hampir kepala enam membuat bapak kelihatan makin tua. Aku lalu memanggil ibu untuk sama-sama pergi ke masjid dekat rumah kami.
      Salat idulfitri kali ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Protokol kesehatan diterapkan secara ketat demi menjaga penularan virus korona. Sejak ditetapkannya kejadian luar biasa di Indonesia tentang pandemi korona, pemerintah memberikan kebijakan-kebijakan khusus dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Termasuk tata cara salat idulfitri di masjid.
      Usai salat kami langsung pulang. Masih seperti lebaran tahun lalu kami langsung menuju meja makan. Kulihat bapak sudah duduk termangu di depan sajian istimewa khas lebaran. Aku tahu hari-hari bapak menjelang lebaran terlewati dengan rasa gelisah.
Beberapa waktu yang lalu, saat masih puasa bapak masih ceria. Ia masih bertelepon dan kadang melakukan panggilan melaui video dengan cucu-cucunya.
      "Haloo, apa kabar Mas Nanda?"
      "Baik Kung. Kakung sehat?"
      "Iya sehat. Puasanya gimana mas? Udah ada yang bolong belum?"
      "Belum Kung."
      "Gimana Mas, nanti lebaran mudik gak?"
      "Mudik dong Kung. Kakung nanti beliin jam beker ya, kalau aku puasa penuh."
      "Iya, nanti Kakung beliin. Pintar dan sholeh ya puasanya!"