Seperti biasa, delapan kali adukan
Dan, aku lebih memilih mendengarkanmu melantunkan ayat ayat
Saat malam, aku dapati kedamaian yang sempurna
Tetap merdu, meski lidahmu cadel melafalkan lafaz Tsa, Sin, dan Syin.
Bahkan mungkin Shad dan Ra.
Sayang, ini malam ke dua ratus enam belas dari pertemuan pertama kita
Adakah yang lebih indah dari kebersamaan ini?
Untukku, tak ada yang lebih indah dari yang kita lewati bersama
Aku tak pandai merayu, ini sesuatu yang nyata, bahwa;
Aku tak bisa lepas dari rasa rindu, itu sangat pasti.
Tapi kadang aku rindu dengan tangismu saat benar rindu memuncak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!