Mohon tunggu...
Eko Ari Prabowo
Eko Ari Prabowo Mohon Tunggu... Guru - Laki-laki

Saya adalah seorang laki-laki yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Parfumku, Parfummu, dan Parfum Istriku

11 Juni 2020   15:50 Diperbarui: 11 Juni 2020   16:08 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Setelah berpikir dan menimbang dengan berbagai hal, langkah kuayunkan menuju ke dalam masjid. Kuambil Al Quran dan kubaca ayat demi ayat sambil menunggu waktu isya. Sesuatu yang belum pernah aku kerjakan. Menunggu waktu isya di masjid dengan membaca Al Quran.

            Kalau nanti setelah shalat isya dan bau melati itu belum hilang, aku pasrah untuk kembali pulang ke rumah. Dan ternyata dugaanku benar. Dengan tubuh yang lunglai aku menaiki motorku dengan perlahan menuju ke rumah dengan aroma melati Mey-Mey alias Maimunah yang masih melekat di badanku. Aku pasrah saja apa yang akan dilakukan istriku. Aku siap menerima segala sanksi dari istriku. Aku sudah menyiapkan jurus-jurus untuk meyakinkan istriku dan meminta maaf.

            Sesampai di gerbang rumah, aku yang membuka gerbang itu sendiri. Dengan langkah pelan, aku langsung menuju kamar mandi . Mandi sepuasnya dengan sabun cair kesukaanku dengan air sebanyak-banyaknya. Setelah mandi kucoba mencium bau badanku. Sialan, masih bau melati. Ya, Allah, apa yang salah dengan diriku. Kucari istriku. Ternyata, dia masih sibuk di dapur. Segera aku menuju tempat tidur, membuka selimut dan berusaha memejamkan mata.

            Namun, setengah jam berlalu. Mataku sulit terpejam. Bayangan Mey-Mey alias maimunah, bau parfumnya, menganggu di benakku. Tiba-tiba istriku masuk kamar dan tidur di sebelahku. Aku berusaha memejamkan mata dan segera tidur. Namun, ketahuan istriku bahwa aku belum bisa tidur.

            “Pa, gimana kegiatannya?”

            “Eh, asyik, Ma, narasumbernya sastrawan hebat dari Jakarta, Namanya Pak Yanusa Nugroho. Pengarang cerpen itu lho yang kumpulannya cerpennya Bulan Bugil Bulat, yang salah satunya cerpennya mama sangat suka, yang judulnya “Bu Guru Dwita”.

            “Yanusa Nugroho, Bu Guru Dwita… ya, mama ingat yang kisahnya tentang seorang guru wanita yang diminta papinya untuk jadi dokter malah jadi guru ya. Terus yang kenal sangat dekat dengan semua muridnya yang salah satunya orang Papua ya.”

            “Betul Ma, yang anak-anak Bu Guru Dwita memberi kado ultah berupa karangan ucapan selamat ulang tahun pas ulangan bahasa Indonesia.”

            “Wah, mama bisa minta tanda tangan nih, sama Pak Yanusa besok. Mama boleh ikut nggak?”

            “Boleh, Ma”…….

            “Pa…. Aku boleh nanya sesuatu nggak?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun