Melihat tingkahnya aku terdiam ,seperti patung diorama di museum sejarah,kaku membeku seperti  patung es ,andai saja kamu tahu perasaanku,wahai bidadari pengusik jiwa,tapi sayang ,nasi telah mejadi bubur,semua telah rusak,rencana manis tinggalah sebuah konsep pepesan kosong tak bernilai .
Aku pulang dengan hati yang hampa,muka yang suram,badan yang lesu,dan semua terasa tak enak di badanku .
Ohhh wanita ,terkadang wanita mampu membuat laki-laki menjadi sosok yang tegas ,disegani,gagah menawan,tapi terkadang wanita mampu merusak hidup laki-laki sehingga laki-laki itu menjadi menjadi menderita dan lemah tak berdaya .
Tapi aku tak boleh hancur karena kejadian ini,karena hidup seperti roda yang berputar apabila kita diam sejenak ,maka kita akan tergilas oleh putaran roda tersebut .
Tak terasa saat aku tersadar dari lamunan masa laluku ,langit sudah mulai gelap,cahaya matahari yang tadi menyinariku,perlahan digantikan oleh sinar rembulan yang anggun dan bintang yang bertaburan di langit .
Kini waktunya aku kembali kerumah,setelah bernostalgia dengan masa laluku,
Sambil mengendarai motor menuju rumah ,terbesit dalam benakku bahwa cinta adalah sebuah pemanis dalam cerita di ke hidupan manusia,terlepas itu akan berbuah manis atau malah berakhir tragis .
Dan terkadang cinta tak mengenal sebuah batasan ,kaya-miskin, tua-muda,atasan- bawahan ,kakak kelas -adik kelas atau apapun itu,dan percayalah bahwa mencintai itu tak pernah mengenal Tepi Batas.
                                                                                   Karya :Eko Yulianto Budi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H