Copy paste Malioboro Jogja tidak bisa serta Merta diklaim dan diterapkan mentah mentah di kota Malang, karena ini Malang, jelas berbeda dengan Jogja. Malang punya budaya dan ciri khas sendiri agar kelak jati diri Malang tidak hilang karena copy paste gegabah tanpa memperhatikan budaya yang sebenarnya kita miliki, tapi diabaikan. Keberadaan boso walikan, logo singa khas Arema dan topeng Malangan adalah tiga hal yang harus ada di pusat episentrum kajoetangan. Memoles destinasi haritage di kajoetangan juga harus diobtimalkan agar ada 1-2 gedung yang jadi destinasi utama. Namanya kajoetangan haritage, jangan sampai hilang dimana haritagenya yang dimaksud. Jika semua dihilangkan, kesan haritagenya akan hilang. Inilah tugas kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sejarawan dan budayawan wajib menyusun bagaimana seharusnya dan mau dibawa kemana Malang haritage. Sebuah ekosistem harus dikembangkan secara maksimal agar yang berperan adalah semua masyarakat kota malang. Pembahasan ekosistem Malang city of haritage bisa dibaca di link sebagai berikut : https://www.kompasiana.com/eko67418/61766c0b0101907d742339d2/membangun-ekosistem-malang-city-of-heritage
Kolaborasi komunitas, perguruan tinggi, pelaku usaha wisata, pelaku museum dan pegiat kampung tematik juga harus dilibatkan. Jangan dibiarkan mereka jalan sendiri sendiri, tapi harus diwadahi dan diberi tempat agar kelak wisata malang raya bisa tumbuh dan berkembang.
Demikian 7 hal yang harus ada di Kajoetangan Heritage kota Malang. Ini hanya saran dari warga Kota Malang agar apa yang dibanggakan ini benar benar mbois lop ilakes.Â
Malang, 16 Januari 2021
Ditulis Oleh Eko IrawanÂ
Pegiat Sejarah Budaya Dari Museum Reenactor Ngalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H