Patung replika yang indah ada di depanku. Dulu yang asli pernah jauh di negeri Belanda. Bersama kopi ini, mulai mencairkan suasana.Â
Saat belum ditemukannya Pararaton. Dan Negara kertagama. Tak ada yang tahu siapa Ken Anggrok. Siapa Ken Dedes.Â
Kesulitan hidup dan penjajahan. Lemahnya literasi. Semua hanya diingat dalam cerita tutur. Yang lama lama hilang dibawa mati.
Hingga sarjana barat menemukanmu. Diperkuat prasasti dan penafsiran baru. Sejarah itu penting. Kebesaran masa lalu. Kebanggaan bangsa ini.
Enigma ruang waktu. "Jika aku mitos atau mitologi dongeng. Seperti kata CC. Berg. Lalu siapa yang melahirkan raja raja besar di Jawa?" Ken Dedes Tampak Galau.Â
"Aku dianggap tak ada. Hanya dongeng. Tapi bukti prasasti tertulis telah kalian ketemukan. Bacalah. Belajarlah"
"Jika aku dianggap tak ada, kenapa patungku pernah mereka bawa ke negeri Eropa. " Tanya Ken Dedes.
Ngopi semakin asyik dalam lintas sejarah. Renungan kebanggaan bangsa yang dikecilkan. Disepelekan. Entah untuk alasan apa.Â
Sekarang ada, karena ada dahulu. Inilah budaya, kebanggaan bangsa. Yang coba dihilangkan. Agar bangsa ini kehilangan jati diri.
Kita punya jati diri bangsa. Kita punya sejarah, milik kita sendiri. Ada semangat. Ada inspirasi untuk maju. Khas Indonesia.
"Terus gali dan tulislah. Itu inspirasi masa depan. " Pesan Ken Dedes mengakhiri dialog imajiner. Masih banyak yang ingin disampaikan, tapi Inggil Museum Resto harus tutup. Dan sebagai tamu aku harus pulang.Â