Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngopi Bersama Stri Nareswari

21 Desember 2021   01:36 Diperbarui: 21 Desember 2021   01:58 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngopi bersama stri nareswari dokpri

Prolog

Senin, 20 Desember 2021, beberapa pegiat museum se-Malang raya diundang hadir di inggil museum resto. Saya mewakili Museum Reenactor Ngalam dan hadir di hari ke 3 sesuai jadwal undangan yang disampaikan tuan rumah. Berikut liputan kegiatan pada hari pertamanya 

Pada kesempatan tersebut saya bisa menikmati kunjungan di area museum bertema Malang Tempo dulu. Satu hal yang menurut saya unik, saya dipertemukan dengan salah satu koleksi dari museum yang dipadu asri dengan restoran tersebut. Yaitu Patung Ken Dedes, Sang Stri Nareswari.

Serasa Malam itu ngopi bareng bersama sang Ratu Singhasari. Kebetulan pula saya sedang menyusun sebuah novel Stri Nareswari yang saya tulis berseri di Kompasiana. Berikut sekilas dialog imajinernya.

Ngopi di Kota Raja Tumapel 

Lokasi Inggil Museum Resto jika dikompilasi dengan peta kuno jaman Kerajaan Tumapel berada di wilayah ketemenggungan sebelah barat kota raja Tumapel. Sebagian besar orang menafsirkan Singhasari itu hanya sebesar kecamatan Singosari sekarang. Apa hanya seluas kecamatan? Apa jabatan akuwu itu hanya setara camat? Asumsi itulah yang banyak beredar sekarang. 

Menurut prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 Masehi, wilayah Kanjuruhan itu meliputi wilayah malang raya sekarang dengan posisi wilayahnya di timur gunung Kawi. Pada tahun 1222 Ken Angrok mendirikan Tumapel dibekas wilayah kerajaan Kanjuruhan ini. Konon, kerajaan Tumapel ini lebih besar dibanding dengan kerajaan Kanjuruhan. Bisa jadi asumsi wilayah Tumapel dianggap hanya seluas kecamatan karena posisi candi Singhasari ada disana. Monggo direnungkan sendiri dengan data prasasti yang diketemukan selanjutnya, apa benar penafsiran sebuah kerajaan besar yang punya armana laut hingga panglima kebo Anabrang mampu mengirim arca amoghapasha hingga ke Kerajaan Dharmasraya dan Ken Dedes selaku Stri Nareswari yang anak keturunannya menjadi raja raja besar di Tlatah Jawa, ditafsirkan wilayahnya hanya sebesar kecamatan dan jabatan akuwu hanya setingkat camat. Keresahan ini yang ingin saya jawab dalam seri novel stri nareswari yang sedang saya tulis.

-----------------

Dialog Imajiner dengan Ken Dedes 

Kopi menemani. Membuka intuisi. Tentang Stri Nareswari. Dalam keping sejarah. Sebagian tertuang dalam Pararaton. Bersama sang Ratu Tumapel, dalam Dialog sunyi.

Patung replika yang indah ada di depanku. Dulu yang asli pernah jauh di negeri Belanda. Bersama kopi ini, mulai mencairkan suasana. 

Saat belum ditemukannya Pararaton. Dan Negara kertagama. Tak ada yang tahu siapa Ken Anggrok. Siapa Ken Dedes. 

Kesulitan hidup dan penjajahan. Lemahnya literasi. Semua hanya diingat dalam cerita tutur. Yang lama lama hilang dibawa mati.

Hingga sarjana barat menemukanmu. Diperkuat prasasti dan penafsiran baru. Sejarah itu penting. Kebesaran masa lalu. Kebanggaan bangsa ini.

Enigma ruang waktu. "Jika aku mitos atau mitologi dongeng. Seperti kata CC. Berg. Lalu siapa yang melahirkan raja raja besar di Jawa?" Ken Dedes Tampak Galau. 

"Aku dianggap tak ada. Hanya dongeng. Tapi bukti prasasti tertulis telah kalian ketemukan. Bacalah. Belajarlah"

"Jika aku dianggap tak ada, kenapa patungku pernah mereka bawa ke negeri Eropa. " Tanya Ken Dedes.

Ngopi semakin asyik dalam lintas sejarah. Renungan kebanggaan bangsa yang dikecilkan. Disepelekan. Entah untuk alasan apa. 

Sekarang ada, karena ada dahulu. Inilah budaya, kebanggaan bangsa. Yang coba dihilangkan. Agar bangsa ini kehilangan jati diri.

Kita punya jati diri bangsa. Kita punya sejarah, milik kita sendiri. Ada semangat. Ada inspirasi untuk maju. Khas Indonesia.

"Terus gali dan tulislah. Itu inspirasi masa depan. " Pesan Ken Dedes mengakhiri dialog imajiner. Masih banyak yang ingin disampaikan, tapi Inggil Museum Resto harus tutup. Dan sebagai tamu aku harus pulang. 

---------------

Selamat dan sukses untuk Inggil Museum Resto, semoga mampu menjadi Pioneer kemajuan Museum se-Malang Raya.

Malang, 21 Desember 2021

Oleh Eko Irawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun