"Kau sebenarnya mencintaiku"
Iya, aku bisa merasakan. Saat Dinda yang lain mulai mengambil ragaku. Kau tak pernah rela. Kau tak pernah mau melepasku. Kau ingin miliki aku, untuk dirimu. Tapi.....
Dinda siapa Dinda dimana. Itu simpul terakhir putus asa ini. Aku dan dirimu terjebak simalakama. Andai sepakat, ayolah pergi. Kita tinggalkan semua ini. Untukmu aku rela.
Malam ini mulai hujan. Ternyata aku tetap seorang diri. Yang menunggu. Berjuang untuk memilikimu, tapi tak bisa. Tetap menunggu dan tak pernah terjawab, sampai kapan.Â
Kau tetap Dinda terbaik. Dinda yang lain, memang kuasai ragaku, tapi Dinda dirimu, kuasai jiwaku. Aku terbelah. Cinta ini kandas dalam dua Dinda. Tak tahu Dinda siapa. Dinda dimana. Yang kelak akan kumiliki. Hingga ajal menjemput.
Aku terus mencarimu. Aku menunggumu. Jika tiba waktunya, bawalah pergi. Itu saja pintaku.Â
Malang, 13 November 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H