Menangis sepanjang jalan. Kenapa hidupku jadi drama. Yang tak laku dijual. Tapi melukai tambah dalam.Â
"Nda, Kamu dimana?"
Jauh menembus malam. Bergulir dari hari ke hari. Terulang dan kembali dalam siklus yang tak kumengerti. Kenapa aku setia pada omong kosong ini. Setia pada kepastian yang jelas. Bahwa aku sebenarnya tak memilikimu.Â
November rain. Tahun kedua kita bersama. Dalam hujan dan cerita yang semakin dalam. Aku tetap seorang penipu dimatamu. Tapi kau sudah membawa cintaku. Kepercayaan ku. Bagiku, kaulah kekasihku. Selamanya.
"Cinta ini tak salah. Tapi cinta ini...." Iya, itu jika kita berdua membahasnya. Tak ada titik temu. Kita sama tahu. Kita sama paham. Jika aku bersamamu, aku tak akan terlantar. Aku akan sempurna.
Kenapa?
Karena Dinda mengerti aku. Memahami aku. Dan aku nyaman bersamamu.Â
Kita berdua bisa saling mengisi. Dinda itu bisa membuat aku serasa berharga. Aku tumbuh bersamamu. Kau terus membuatku bermakna. Karena itu, aku bertahan. Sekalipun aku ini kekasih tak dianggap.
"Ayo Nda....."
Kau nyata ada. Kau bisa membuat aku luar biasa. Jika kita menyatu, pasti bisa. Tapi.....
Dan besoknya, aku kembali pulang untukmu. Menjemput malam dalam cerianya bayang. November lalu, hingga November ini. Terhitung dalam derap asmara.Â