Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompasianer Pilihan

29 Desember 2020   12:47 Diperbarui: 29 Desember 2020   13:09 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshoot laman kompasiana 29 Desember 2020

Alhamdulillah, Artikel ini adalah artikel saya yang ke 401 di Kompasiana, dan begitu saya sampai pada artikel ke 400 admin Kompasiana memberi saya tempat sebagai kompasianer pilihan. Itu saya screenshoot lamannya. Semoga saya tidak sombong. Tidak lupa diri dan memompa semangat saya pribadi agar lebih giat menulis dan membuat konten yang bisa menginspirasi. Berikut ngulas diri sendiri, semacam kalaidoskop pribadi saya selama di Kompasiana. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi para kompasianer lainnya agar lebih eksis menulis, buat konten baru dan out of the box, tidak hanya menulis, tapi juga jadi inovator yang karyanya ditulis oleh orang lain.

Puisi adalah kepekaan penghayatan diri.

Sejak SMP, tahun 1987, saya sudah menulis dan paling banyak tulisan saya adalah bergenre puisi. Waktu itu saya kumpulkan dalam sebuah buku dan ditulis tangan. Sayangnya, lemariku arsip dirumah ortu ditahun 2992an, sewaktu saya banyak aktif di kampus, sampai tidak tahu habis dimakan rayap. Dan yang habis buku itu. Kumpulan 600 puisi. Musnah. 

Puisi adalah cara saya meningkatkan kapasitas kepekaan penghayatan diri. Belakangan saya eksplore kembali kemampuan berpuisi ria di Kompasiana. 

Munulis puisi itu mudah. Yang sulit adalah kepekaan menerima mood berpuisi. Tanpa mood itu puisi saya hambar. 

Puisi Bercover Fotografi 

Saatnya foto bercerita. Foto memang mewakili sejuta kisah yang tak bisa ditulis singkat. Ini salah satu foto karya saya.

Dokpri foto Eko Irawan kepongpong kosong
Dokpri foto Eko Irawan kepongpong kosong
Sebelumnya, saya menulis puisi itu teksnya dulu, baru mencari foto yang nyambung dengan puisi saya. Cari di google image dan pasang dipuisi saya. Namun, dengan cara ini, ruh puisi saya tak bisa menyatu dengan gambar. Akhirnya saya eksplore kemampuan foto via hp. Jadilah puisi bercover fotografi. Ada gambar dan ada puisi yang menyatu. 

Dan perkembangan terakhir, saya cari fotonya dulu, baru nulis puisinya.  Foto kepompong kosong diatas puisinya belum tayang dikompasiana. Itu cara saya peka situasi, difoto, diolah. Baru kemudian nulis puisinya.

Penulis berinovasi 

Awal menulis saya, diawali dengan topik pilihan. Kemudian berita sebuah kegiatan. Apa yang saya tulis itu, diawal tentang sesuatu diluar saya sendiri. Disinilah mood itu kadang Ndak ada. Ide menulis saya timbul tenggelam dan sebuah artikel kadang kehilangan mood dan tak pernah tayang.

Menulis termudah adalah menulis apa yang kamu bisa jangkau. Secara visual bisa kamu lihat. Secara mudah, bisa kamu rasakan. Bukan menulis sesuatu yang kamu tak pernah ikut didalamnya. Seperti tema olah raga. Saya tak pernah mampu menulis tema olah raga, karena saya tidak bisa mendalami tema tsb. Faktor like dan dislike

Penulis, ternyata harus punya inovasi diri. Bisa Hobby, keahlian atau tema lain berdasar passion diri dimana. Pertama yang saya eksplore itu Hobby saya sebagai Reenactor. Hobby dibidang sejarah ini tumbuh hingga dimalang menjadi Museum Reenactor Ngalam. Apresiasi luar biasa sehingga saya dimalang terkenal sebagai penulis metodelogi sejarah ala Reenactor. Saya bisa mendalaminya, karena itu sudah bagian dari Hobby saya. Seperti foto berikut 

Dokpri Reenactor Ngalam dan tamu dari kompasianer Bolang
Dokpri Reenactor Ngalam dan tamu dari kompasianer Bolang
Ini adalah puncak inovasi saya sebagai penulis sejarah hingga berinovasi menjadi salah satu skuad yang mengawal berdirinya museum Reenactor Ngalam. Kegiatan ini terus tumbuh dan merupakan tantangan tersendiri karena genre sejarah ternyata hanya diminati bulan Agustus dan November, karena Reenactor Ngalam, fokusnya pada sejarah perang kemerdekaan Indonesia.

Terus kemana saya diluar bulan agustus dan november? Dipaksakan menulis, akan jadi dead post. Ndak ada yang minat baca. Saya sempat down juga jadi penulis bidang ini dan sempat tidak menulis lama di kompasiana. Jujur, saat minim apresiasi, passion menulis juga down juga. Lha saya sadar, saya bukan manusia power.

Kebangkitan saya menulis kembali setelah saya bertemu para start up Kampung Nila Slilir. Dari sejarah ke Ikan nila. 

Inti dari tulisan ini adalah ayo out off the box yang sudah pakem pada hidupmu sendiri dan temukan passion terbarumu dalam meningkatkan kapasitas menulismu. Takut? Yo jangan berharap punya inovasi baru. 

Selamat mencoba, semoga menginspirasi

Malang, 29 Desember 2020

Oleh Eko Irawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun