Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Suka traveling, kuliner, baca buku/menulis dan jogging..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Candi Belahan", Pesona Warisan Budaya Lokal di Kaki Gunung Penanggungan

4 November 2024   12:51 Diperbarui: 4 November 2024   15:44 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita ambil air Sumber Tetek dibawa pulang (Sumber: Plickr.com)

Saya merasa lega setelah melewati kawasan penambangan batu ketika memasuki kawasan wisata jalan sudah beraspal kondisi baik, dan cukup lebar. Tidak ada lagi truk-truk tambang yang berlalu-lalang.

Bisa jadi truk-truk itu dilarang memasuki kawasan wisata Candi Belahan oleh pemerintah setempat. Ketika memasuki kawasan wisata ini ditantang lagi, yakni jalan banyak berliku-liku dan tanjakan tajam. Sepeda motor yang saya kendarai susah naik, bahkan sempat terhenti ditikungan tajam, naik terjal, padahal saya sudah menggunakan gigi satu.

Tiba di lokasi wisata Candi Belahan pukul 11.00 WIB cuaca yang carah, saya pun merasa lega, senang melihat pohon-pohon yang ridang dan tinggi, udaranya sejuk. 

Ke obyek wisata bukan dihari libur atau weekend, jadi tidak banyak pengunjung. Suasana yang nyaman cocok sekali untuk refresing menghilangkan kepenatan di kota.

Memasuki obyek wisata di kawasan Perhutani ini tidak dipungut biaya, dan tersedia penginapan yang sederhana bagi yang ingin berlama menikmati kawasan Candi Belahan. 

Anda yang berwisata ke sini dan bermalam tidak perlu khawatir bila lupa membawa bekal makanan, di sana ada beberapa warung tersedia warung makanan dan minuman sampai malam yang dekat penginapan.

Seperti kita ketahui bahwa di dalam Candi Belahan terdapat pancuran yang disebut "Sumber Tetek" yakni pancuran dari arca dua wanita merupakan yaitu arca Dewi Sri (istri selir) di kiri dan Dewi Laksmi (permaisuri) di kanan yang keduanya merupakan istri-istri raja Airlangga.

Riwayat Pertitaan Belahan (Candi Belahan)

Dalam sejarah disebutkan Airlangga adalah raja Kerajaan Kahuripan masa pemerintahannya berdiri sejak 1019 M sampai dengan 1035 M. Kejayaan Kerajaan Kahuripan berakhir ketika Raja Airlangga membagi dua wilayah diserahkan kepada putranya yaitu bagian barat Kerajaan Daha-Kediri bernama Samarawijaya putra kedua dari permaisuri Dewi Laksmi (putera pertama perempuan tidak bersedia diangkat menjadi ratu) dan bagian timur Kerajaan Jenggala-Sidoarjo yang bernama Mpanji Garasakan dari selir bernama Dewi Sri.

Raja Airlangga seorang yang diyakini titisan Dewa Wisnu telah membuat kebijakannya dilandasi oleh nilai-nilai agama dan niatnya untuk hidup saling mengormati, membangun peradaban manusia yang martabat, dengan rasa persatuan dan kesatuan, maka ia menjadi Raja yang mampu membawa kemakmuran bagi rakyatnya.

Kemudian, disebutkan lereng sebelah timur Gunung Penanggungan, berdiri sisa-sisa sebuah 'petirtaan kuno' yang diduga merupakan peninggalan Airlangga. Petirtaan kuno tersebut dikenal oleh masyarakat umum sebagai "Candi Belahan", sesuai dengan nama dusun tempat candi berada.

Namun, penduduk lokal sendiri memiliki nama yang berbeda untuk menyebut candi ini. Yaitu mereka lebih mengenalnya dengan sebutan "Candi Sumber Tetek".

Dalam bahasa Jawa: sumber artinya mata air, tetek artinya payudara. Nama itu seakan terkesan vulgar tersebut kepada candi ini, yang memang mata air yang muncul di Candi Belahan mengalir keluar dari bagian payudara salah satu arca yang ada di candi tersebut, yaitu arca Dewi Sri di kiri dan Dewi Laksmi di kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun