Mohon tunggu...
Eka Nawa Dwi Sapta
Eka Nawa Dwi Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penulis lepas, pelahap buku, pencinta dongeng. Menulis apa pun yang sedang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Guci yang Pecah, Mari Kita Satukan Kembali

10 November 2022   23:36 Diperbarui: 10 November 2022   23:46 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Anna Tarazevich: 

Mimpi buruk itu kemudian datang. Kegagalan menghampirimu untuk kesekian kalinya, menambah daftar kegagalanmu yang baru.

Lembaran buku penyesalan berteriak-teriak bergantian memaksamu ingin didengarkan. Setiap malam kamu pun mulai menangisi dirimu sendiri. Air matamu mengucur senyap di pipi. Kamu sulit tidur dan bahkan ada malam kamu tidak tertidur sama sekali. 

Beginilah yang terjadi, di awal-awal masih ada alasannya tangisan itu. Lalu lama-kelamaan menangis jadi seperti bukan ekspresi sedih lagi. Kamu menangis sekehendak hati. Tentu saja tak ada yang melihatnya. Kamu bisa menyembunyikan itu semua dari orang-orang di sekelilingmu. Kamu berpura-pura habis mendengar lagu sedih, menonton film melankoli, atau membaca kisah tragis.

"Menangis itu tanda seseorang lemah," nasihat seseorang yang tertanam di kepalamu.

Hidangan makanan yang dulu kamu suka, kini tidak lagi enak dimakan. Teh manis berubah tawar. Terkadang saat kamu sedih, perutmu tiba-tiba sangat lapar sehingga kamu makan sebanyak-banyaknya. Terkadang dalam beberapa hari kamu tidak makan atau makan sedikit sekali karena mudah merasa kekenyangan. Sejak itu berat badanmu mulai turun drastis.

Kepalamu sering sakit-sakitan. Badanmu juga pegal-pegal, padahal tidak ada aktivitas berat yang kamu lakukan. Alergi kambuhan tanpa pemicu. Bisul dan jerawat mulai tumbuh di bawah matamu, dagu, atau pipi sehingga penampilanmu mulai berantakan. Kamu takut bercermin.

Selanjutnya maag dan asam lambung ikut-ikutan menyerangmu. Ya, dalam sebulan, berbagai macam penyakit fisik, baik ringan maupun berat bergantian bermunculan. Obat-obat dari warung sampai dokter kamu konsumsi. Imunmu lemah dan kamu stres memikirkan banyak masalah yang kamu hadapi.

Suatu hari kamu berpikir untuk curhat pada seseorang. Entah mengapa, kamu menjadi ragu-ragu.

"Curhat itu berbahaya. Jangan gampang percaya dengan pada siapa pun," bunyi peringatan di artikel yang tersebar di web.

"Lagi pula, tidak ada orang yang bisa membantumu. Kamu paling-paling akan dihakimi, disalahkan, dan ditertawakan," ucap si sinis tatkala kamu selesai menghubungi teman karibmu. Malam itu,  kau sudah menunggu sejam tanpa balasan darinya. Padahal, ia online.

"Sudah kuduga. Dia tidak bisa diandalkan. Lihatlah, jangankan mendengarkanmu, membalasmu saja lambat. Ingat kamu saat ia sedang punya masalah saja." Si sinis terus mengompori.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun