Mohon tunggu...
Ekiarya galih
Ekiarya galih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Krisis Ekonomi yang Tak Kunjung Reda di Argentina

14 Juli 2022   21:04 Diperbarui: 14 Juli 2022   22:29 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Republik Argentina atau dalam bahasa Spanyol disebut dengan nama  Repblica Argentina lebih dikenal sebagai Argentina yang mana merupakan negara Amerika Latin terbesar kedua dan negara dengan bahasa nasional berbahasa Spanyol terbesar di dunia. 

Argentina menempati posisi  Benua Amerika Selatan di paling selatan. Posisinya tepatnya berada di antara Pegunungan Andes di barat dan Samudra Atlantik di selatan. 

Negara ini terdiri dari daerah yang luas dan merupakan negara terbesar kedelapan di dunia dengan ibu kotanya Buenos Aires yang mana merupakan  salah satu metropolitan terpadat di dunia.

Republik Argentina pernah menjadi negara maju pada awal abad ke-20, tetapi pada akhirnya mengalami kemunduran dan kini terus menerus mengalami krisis ekonomi. Pada saat masa kejayaannya Argentina pernah menduduki posisi di atas Kanada dan Australia dari segi jumlah penduduk dan pendapatan per kapita. Dengan dibuktikannya Argentina tercatat sebagai negara terkaya kesepuluh di dunia per kapita. 

Namun, semenjak dasawarsa 1930-an, ekonomi Argentina mengalami kemunduran. Faktor utama yang menyebabkan kemunduran ini adalah ketidakstabilan politik setelah junta militer melancarkan kudeta pada tahun 1930 dan mengakhiri pemerintahan konstitusional yang telah berdiri selama tujuh dasawarsa. Hal tersebut  yang menjadikan para ekonom tertarik melakukan penelitian demi mengetahui penyebab kemunduran ini.

Krisis ekonomi saat ini menjadi fokus permasalahan di negara Argentina yang menyebabkan perekonomian di negara tersebut semakin mengalami kemunduran. Masalah ini sudah sejak lama dialami oleh Argentina, akan tetapi semakin parah seiring adanya pandemi  covid-19 di negara tersebut. 

Pada tahun 2021 tepatnya bulan Agustus kemarin, di Buenos Aires yang merupakan ibu kota dari Argentina dihebohkan dengan adanya aksi protes oleh puluhan ribu warga negaranya atas dasar permasalahan  kemiskinan dan pengangguran yang disebabkan oleh krisis ekonomi.

Aksi protes yang terjadi di Argentina pada tahun 2021 bulan Agustus dipimpin oleh sejumlah organisasi yang bekerja dengan kelompok pengangguran dan sayap kiri. Kejadian tersebut dimulai di sebuah gereja, dimana pada saat itu terdapat banyak peziarah yang melakukan proses peribadatan rutin setiap tahunnya di Kuil San Cayetano. 

Kemudian aksi protes tersbeut diakhiri di Plaza de Mayo yang merupakan sebuah alun-alun yang lokasinya berada di depan pusat pemerintahan yang seringkali digunakan sebagai tempat untuk demonstrasi.

Aksi protes tidak hanya terjadi di ibu kota saja, tetapi juga terjadi di wilayah kota lain di negara Argentina yakni di Kota Cordoba dan kota barat Mendoza. Dari adanya aksi protes di beberapa wilayah tersebut pemerintah Argentina akhirnya membuka suara dan mengumumkan bahwa akan melonggarkan kebijakan pembatasan virus corona setelah melihat penurunan kasus dan angka kematian dalam beberapa minggu terkahir. 

Presiden Argentina Alberto Fernandez mengatakan, apabila program vaksinasi terus digencarkan dan semua warga dapat menerapkan protokol kesehatan, maka negara tersebut akan mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan progresif.

Jaminan dari presiden Argentina sendiri kepada rakyatnya, yaitu Argentina dapat melalui krisis ekonomi ini dan akan segera keluar. Di samping itu, lapangan pekerjaan juga akan terbuka lebar dan pendapatan warga akan kembali meningkat di masa mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh presiden Argentina sendiri, walaupun belum tahu pasti kapan yang dimaksud masa yang akan datang tersebut.

Dari peristiwa aksi protes di negara Argentina pada bulan Agustus 2021 yang terjadi di beberapa kota besar negara tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan adanya pandemi covid-19 masalah perekonomian di Argentina semakin mengalami kesulitan.

Tidak jauh dari peristiwa aksi protes ini, kembali terjadi lagi demo oleh ribuan warga Argentina yang menuntut perbaikan ekonomi. Peristiwa ini terjadi di ibu kota negara Argentina, yakni Buenos Aires pada bulan September 2021. 

Hingga peristiwa ini terjadi pun, masalah perekonomian di negara Argentina belum juga teratasi dengan baik. Dibuktikan dengan jumlah angka pengangguran dan kemiskinan serta inflasi di negara tersebut terus meningkat.

Peristiwa unjuk rasa ini terjadi saat koalisi pemerintahan Presiden Alberto Fernandez mengalami kekalahan yang cukup menyesakkan dalam pemilihan umum awal menjelang pemilihan parlemen di bulan November. Hasil pemilihan umum tersebut mengancam jumlah mayoritas senat berkuasa di koalisi pemerintah.

Para kelas pekerja di negara Argentina berunjuk rasa atas dasar ingin menuntut pekerjaan dan mendapatkan peningkatan subsidi pangan di tengah krisis ekonomi yang tak kunjung usai. Di samping itu, keadaan perekonomian semakin diperparah dengan adanya pandemi covid-19. Berdasarkan data negara tersebut, krisis ekonomi ini telah menyebabkan 42% dari total populasi penduduk sebesar 45 juta berada dalam kemiskinan.

"Saya tidak mendukung atau pun menentang pemerintah, kami hanya ingin bekerja dan pabrik beroperasi", ungkap seorang warga yang turut ikut berunjuk rasa bernama Gisela yang merupakan ibu dari tiga orang anak saat di wawancarai oleh AFP. 

Ungkapan rakyat tersebut tentunya menjadi koerksi bagi para birokrasi pemerintahan di negara Argentina untuk lebih cepat dalam menangani dan mengambil langkah tepat sebagai bentuk perlindungan terhadap rakyat akibat krisis ekonomi yang terjadi di tengah pandemi yang melanda.

Sejak Argentina dilanda resesi pada tahun 2018, dimana saat itu Argentina menduduki salah satu negara yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh sebesar 32% dari bulan Januari hingga Agustus dengan hutang sebesar US$ 44 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF). 

Dalam posisi tersebut Argentina harus membayar sejumlah US$ 1,9 miliar dari hutang sebanyak dua kali dalam jangka waktu beberapa bulan saja.

Hingga pada tahun 2019, negara Argentina sempat mengalami penurunan PDB sebesar 9,9%. Hal tersebut tentunya menjadi catatan lagi bagi para penggerak roda pemerintahan. Pemerintah memperkirakan bahwa pada tahun 2022 nantinya akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4 % dan inflasi sebesar 33 %. 

Krisis ekonomi yang dipelopori oleh faktor pemerintahan itu sendiri dan ditambah lagi dengan kondisi pandemi yang belum juga membaik, membuat negara ini  semakin kesulitan dalam bangkit dari keterpurukan ekonomi..

Dari berbagai masalah perekonomian yang dihadapi oleh negara Argentina, menteri ekonomi Martin Guzman mengajukan pengunduran diri secara tiba-tiba di tengah-tengah kondisi perekonomian Argentina yang sangat tidak stabil.

Pengajuan pengunduran diri yang dilakukan oleh menteri ekonomi tersebut terjadi pada bulan Juli. Hal tersebut tentunya  semakin membuat ketidakjelasan di negara Argentina selain dari permasalahan krisis ekonomi yang tengah dihadapinya. Di samping itu, inflasi di Argentina meningkat mencapai 60%, harga-harga bahan pokok pangan dan energi meningkat, hingga mata uang Peso terhadap dolar melemah.

Apabila dilansir dari lama website Media Indonesia tentang berita internasional di atas, menteri ekonomi Martin Guzman tidak mengatakan secara jelas kepada Presiden Alberto Fernandez mengenai alasan pengunduran dirinya. 

Namun, menteri ekonomi tersebut hanyan meminta kepada presiden untuk mengatasi perpecahan di dalam kabinetnya sehingga menetri ekonomi pengganti nantinya tidak akan mengalami kesulitan seperti yang dialaminya.

Pengunduran diri oleh menteri ekonomi Argentina ini terjadi setelah dua pekan Wakil Presiden Christina Kirchner yang merupakan mantan presiden Argentina. Kirchner selama ini dikenal selalu mengkritik manajemen perekonomian dari Presiden Fernandez tersebut. 

Cara Martin Guzman dalam menangani masalah perekonomian tidak luput dari kritikannya. Kirchner juga menyerukan agar pemerintah meluncurkan pengeluaran yang lebih besar untuk mengurangi kemiskinan. Menurut salah satu politikus di negara tersebut, pengunduran diri yang dilakukan oleh Martin Guzman ini akan menguntungkan bagi Kirchner dan berkebalikan dengan otonomi keuangan Argentina.

Krisis ekonomi berkepanjangan dan ditambah dengan pandemi yang belum kunjung usai, serta kabinet di pemerintahan Argentina yang semakin hari semakin pecah, kemungkinkan menjadi sebuah alasan bagi menteri ekonomi Martin Guzman untuk mengajukan pengunduran diri. 

Meskipun tidak ada perkataaan yang jelas mengenai alasan pengunduran dirinya terhadap Presiden Fernandez, tetapi ia  berpesan bahwa presiden harus mengambil langkah cepat dan tepat dalam menangani permasalahan ekonomi di negara tersebut, dikarenakan sangat disayangkan apabila menteri ekonomi selanjutnya akan merasakan hal serupa seperti yang ia alami.

Ketegangan posisi menteri ekonomi yang ditinggalkan oleh Martin Guzman, akhirnya berujung ketika Presiden Fernandez menunjuk Silvina Batakis sebagai pengganti dari Martin Guzman. Batakis pernah menduduki posisi menteri ekonomi Argentina untuk Provinsi Buenos Aires pada periode 2011-2015 dan memiliki pengalaman memimpin sebuah sekretariat di pemerintahan.

Pergantian posisi menteri ekonomi ini dilaksanakan tepatnya pada bulan Juli tahun 2022.

Dengan segala permasalahan ekonomi yang tengah dihadapi, saat ini di Argentina tengah terjadi peristiwa panic buying. Mengutip dari CNBC Indonesia, beberapa masyarakat Negeri Tango tersebut mengungkapkan bahwa harga barang-barang telah meningkat drastis di seluruh negeri.

Hal tersebut menjadikan para warga memborong semua barang yang dibutuhkan sebelum nantinya akan mengalami kelonjakan harga yang lebih tinggi lagi. Dilaporkan bahwa terjadi peningkatan penjualan di sektor non pangan, sedangkan hal berkebalikan justru terjadi pada sektor pangan.

Krisis ekonomi yang kemudian mengakibatkan peristiwa panic buying ini disebutkan bermula dari peristiwa pengunduran diri oleh mantan menteri ekonomi pada tahun 2021, yaitu Martin Guzman. Sudah pasti hal tersebut semakin membuat perkonomian negara Argentina dilanda ketegangan. 

Pasalnya, Martin Guzman merupakan kepala negosiator dalam tawar menawar Argentina dengan Dana Moneter Internasioanl (IMF) untuk merestrukturisasi utang Argentina sebesar US$ 44 miliar. Hingga sebagian warga beranggapan bahwa krisis ekonomi semakin menjadi sejak mundurnya Martin Guzman dari posisi mehteri ekonomi Argentina.

Permasalahan perekonomian suatu negara tidak luput dari peran negara tetangga yang mungkin sedikit banyak akan terkena imbasnya. Seperti yang terjadi di Argentina ini yang tengah dilanda krisis ekonomi, maka negara kita pun sedikit banyak juga merasakan dampak dari keadaan tersebut. 

Berbagai komoditas ekspor dan produk Indonesia yang biasa dikirim ke negara tersebut mengalami penurunan. Inflasi yang dialami negara Argentina melonjak semakin tinggi yang dibarengi dengan pelemahan mata uang Peso terhadap dolar Amerika. Hal tersebut menjadi alasan bagi pemerintahan dalam mengatur perekonomian dengan mengambil kebijakan melakukan pembatasan impor dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia.

Pada tahun 2022 ini, beberapa produk Indonesia yang diimpor ke Argentina antara lain ikan hias air tawar tidak termasuk arwana, kepiting, udang, kelapa kering, kopi, pala, alga, minyak kelapa sawit, bubuk kakao tanpa gula atau pemanis, nanas, cerutu, tinta cetak hitam, minyak esensial serai, ban karet, barang keranjang bambu, alas kaki, kaca spion, bola gold, dan masih banyak lagi.

Krisis ekonomi merupakan permasalahan yang sangat genting apabila tidak segera ditangani. Para pemimpin sudah seharusnya untuk pro terhadap rakyat dan selalu mengutamakan kebutuhan rakyatnya terlebih dahulu.

 Dalam kasus negara Argentina ini, krisis ekonomi semakin memburuk dan membawa dampak bagi para negara yang memiliki hubungan kerja sama atau terikat kontrak dengan negara tersebut. Hal ini terjadi karena hubungan perekonomian memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Melihat permasalahan yang tengah dihadapi oleh negara Argentina, sudah sepatutnya negara lain mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. 

Perpecahan internal dalam kabinet pemerintahan adalah hal yang sangat berdampak besar baik di segi ekonomi maupun dalam menjalankan roda pemerintahan. Birokrasi pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik apabila kerangka di dalamnya tidak memiliki tujuan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun