Budaya menengah ke bawah: kelas menengah dan menengah ke bawah dalam profesi status rendah yang suka menonton drama populer.
     Budaya rendah: beberapa anggota kelas menengah ke bawah, pekerja industri dan jasa, mereka sering secara eksplisit memusuhi budaya rasa kelas yang lebih tinggi, karena mereka melihat karya tersebut sebagai nilai-nilai tradisional yang tidak stabil.
     Budaya rakyat kuasi rendah: miskin dan relatif tidak berpendidikan dan pekerja kerah biru tidak terampil dan pekerja layanan, dibedakan dari ta sebelumnya mengarahkan publik terutama dengan seringnya pembauran unsur etnis dalam produk budaya yang mereka nikmati. Ini merupakan cerminan dari fakta bahwa kelompok ini terdiri dari banyak etnis minoritas dan kelompok pendatang baru.
     Kemudian akhir-akhir ini muncul fenomena budaya selebriti. Chris Rojek menunjukkan tiga penyebab luas fenomena selebriti dan penggemarnya:
1. Meluasnya Demokratisasi, yang secara bersamaan memperluas lingkup kaum lowbrow dan budaya rasa middlebrow di mana budaya selebriti dimulai dan memperbesar kumpulan selebriti.
2. Penurunan dalam agama, yang telah menarik setidaknya beberapa dari mereka yang berkepentingan panteon menuju cakrawala selebriti.
3. Komodifikasi kehidupan sehari-hari, yang membuat informasi tentang selebriti ada dimana-mana.
    Fenomena itu kini cukup kompleks, ia menelusuri hubungan budaya selebriti dan agama dalam sejumlah bentuk yang menarik. Kultus kematian selebriti sering kali muncul di sekitar bintang tertentu yang telah meninggal. Penggemar meninggalkan pesan tertulis tentang kekaguman, foto, bunga, dan hadiah rokok dan tiket kereta bawah tanah. Penguntit selebriti diartikan oleh Rojek sebagai penyembah yang mencari kekuatan magis dari bintang-bintang dengan mencoba berhubungan dengan para selebriti yang mereka cintai.
D. Penciptaan Budaya
    Karya menciptakan budaya mengeksplorasi faktor budaya dan kelembagaan yang mempengaruhi penciptaan produk budaya, dari pada cara produk budaya itu diterima dan diinterpretasikan oleh penonton. Menurut Janet Wolff, aktivitas praktis dan kreativitas berada dalam hubungan timbal balik yang saling ketergantungan dengan struktur sosial. Howard Becker juga  dalam nada yang sama menjelaskan tentang "seni dunia" yang menopang penciptaan budaya dan menyediakan penonton untuk produk yang di hasilkan. Menurutnya, semua karya seni yang dihasilkan seperti aktivitas manusia, melibatkan aktivitas sejumlah besar orang. Hal ini karena individu seniman" bekerja di tengah jaringan orang-orang yang bekerja sama, sehingga semua karyanya penting untuk hasil akhir. Nah, dalam meluncurkan suatu produk dan isinya, perlu memperhatikan faktor ketersediaan "audiens" misalnya produk baru dalam acara televisi. Jarang sekali seniman atau industri budaya membuat produk dan kemudian menunggu penonton untuk beradaptasi dengannya. Di arena mencari keuntungan, produk budaya dirancang untuk menghasilkan uang dengan memiliki daya tarik penonton yang luas. Bahkan dalam ranah yang kurang komersial seperti seni visual, seni pertunjukan, atau televisi publik, ada harapan bahwa setidaknya beberapa orang akan tertarik dengan apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, produsen budaya akan membentuk produk mereka agar sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan dan minat dari audiens target. Sinetron, misalnya secara tradisional memasukkan tema-tema tentang hubungan intim, karena diyakini menarik bagi penonton wanita yang menjadi tujuan mereka. Budaya yang diterima audiens dirancang sebanyak mungkin untuk mencerminkan selera, minat, dan sikap mereka dan mencerminkan kembali citra dirinya sendiri kepada konsumen. Di bidang ini sering, melihat kesesuaian atau ketidaksesuaian antara perspektif produser dan audiens, cara program televisi tertentu disesuaikan dengan berbagai segmen audiens, atau fakta bahwa genre yang ada berubah dengan cara yang halus untuk memenuhi perubahan dalam kebutuhan dan harapan audiens.
    Untuk memaksimalkan daya tarik audiens terhadap produk yang dihasilkan, maka di perlukan teknologi. Teknologi memberikan batasan penting pada berbagai kemungkinan kreatif. Sebuah komposisi untuk orkestra simfoni tidak akan mungkin, tanpa instrumen yang akan digunakan untuk memainkan karya tersebut. Demikian pula, kecil kemungkinan banyak novel akan ditulis jika bukan karena teknologi percetakan. Keberadaan teknologi membantu pemilik perusahaan memegang kendali dan pembiayaan tentang ekonomi, politik, penciptaan budaya. Dengan demikian perusahaan besar memiliki kekuatan untuk memonopoli setiap penciptaan budaya dan mudah menguasai banyak audiens. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat kendali adalah biaya produksi, distribusi, dan promosi barang budaya. Fitur film, misalnya, membutuhkan lebih banyak dana dari pada sebuah situs. Maka perusahaan besar berupaya untuk mengontrol dan mendapatkan keuntungan dari bidang penciptaan budaya marjinal. Misalnya, cara punk dan tren musik lainnya diutamakan oleh industri besar. Perusahaan mencoba untuk mengkooptasi "penjaga gerbang" institusional di luar kendali langsung mereka. Penjaga gerbang adalah kelompok yang menentukan nasib produk budaya dan pasar yang akan diluncurkan atau di pasarkan. Penjaga gerbang di dalam dan di luar perusahaan memilih produk budaya yang mereka harap akan berhasil dan memisahkannya dari produk yang akan disimpan di rak. Ini adalah proses multistage. Misalnya, perusahaan rekaman harus terlebih dahulu memutuskan untuk merekam dan mempromosikan seorang artis. Selanjutnya stasiun radio harus memutuskan untuk memutar disk. Kedua kelompok penjaga gerbang ini, kemudian berperan dalam menentukan nasib rekaman serta penonton, dan mungkin bahkan pemainnya.