Mohon tunggu...
Eka Yuliati
Eka Yuliati Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang hayat

Saya adalah ibu-ibu yang suka nongkrong di angkringan dengan teman-teman lintas usia dan lintas ilmu hingga larut malam. Banyak cerita yang bisa diungkap dari sebuah angkringan. Entah mengapa. Sambil menyeruput teh jahe panas, obrolan terasa begitu encer. Apalagi dibarengi oleh gibahan-gibahan yang hilang begitu saja ketika teh jahe habis. Sepulang kerja, biasanya saya tak langsung pulang. Saya perlu transisi antara stres di tempat kerja dan rumah. Saya perlu detox. Supaya stres pekerjaan tidak dibawa ke rumah. Biasanya, sepulang kerja saya kembali nongkrong. Entah di duduk di kursi di depan Indomar**, penjual rujak, atau warung kopi. Begitu pikiran saya jernih, baru saya bisa menjadi istri yang tenang dan bahagia dalam melayani suami. Sepuluh tahun terakhir, saya berhasil membuat banyak koneksi. Berprofesi menjadi pelatih literasi, memungkinkan saya bertemu dengan ratusan guru setiap tahunnya. Pekerjaan saya juga telah membawa saya berpetualang ke seluruh penjuru Indonesia. Seluruh pulau besar di Indonesia sudah saya kunjungi, kecuali Kalimantan. Domisili saya di Bali, tapi saya cukup sering ke Jakarta untuk menghadiri acara Badan Bahasa, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, atau mitra pemerintah lainnya. Biasanya saya diundang sebagai penulis. Jika beruntung, saya juga pernah diundang menjadi pelatih. Saya berkontribusi di platform pemerintah sebagai talent dalam video pembelajaran. Saya juga aktif membacakan cerita anak lewat media siar gratis. Saya sangat menikmati pekerjaan saya hingga saya tak sadar kini usia saya sudah 'cukup'. Sudah cukup berkeliling nusantara, dan sudah cukup menerjang macetnya Canggu. Saya melepaskan pekerjaan saya untuk kembali bekerja di sekolah dekat rumah. Skala pekerjaan saya tak lagi Indonesia, melainkan dunia. Siswa-siswa saya datang dari berbagai belahan dunia. Tugas saya dua, menjadi kepala sekolah nasional untuk tingkat SD dan juga menjadi koordinator perpustakaan. Itu kesibukan saya sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Kurikulum Harus Berubah?

8 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   20:06 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemerintah telah menentukan kurikulum nasional. Namun, kurikulum harus bisa dipakai dimana satuan pendidikan itu berada. Kurikulum nasional perlu disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan agar warisan ilmu menjadi relevan dan kontekstual. Maka pengembangan perlu dilakukan. Maka guru sebagai pemilik dan pengembang pengetahuan, harus mengembangkan kurikulum. Ini disebut dengan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan. 

Kompetensi yang diwariskan tidak hanya kognitif, sikap, atau psikomotorik tapi juga value atau nilai. Kompetensi prasyarat dan esensial yang wajib . Kompetensi itu adalah literasi, numerasi, dan moral. Itulah yang disebut dengan transformasi pembelajaran, sebuah pembelajaran yang membuat siswa lebih dekat dengan pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun