Mohon tunggu...
Eka Widya Ningrum
Eka Widya Ningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi dalam olahraga terutama pada olahraga badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetesan Keringat Ayah

24 November 2024   16:59 Diperbarui: 24 November 2024   17:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia menggeleng pelan sambil tersenyum. “Selama Ayah masih bisa berdiri, Ayah akan terus bekerja. Itu tugas Ayah sebagai orang tua. Lagipula, kalau Ayah berhenti, siapa yang akan menjaga ladang kita?”

Aku tak bisa membantah. Ayah memang keras kepala. Namun, aku tahu, keras kepalanya itu lahir dari cinta yang begitu besar.

Beberapa tahun kemudian, aku akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di kota. Gajiku cukup besar, lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga. Aku segera pulang ke desa untuk memberi kabar baik ini pada Ayah dan Ibu.Sesampainya dirumah aku mengetuk pintu kemudian masuk.

"Ayah, ibu , adikk!" Aku berteriak.

"Loh anakku kamu sudah pulang??" Jawab ayah

"Yaampun ngagetin aja" kata ibu

"Kakakkk!" Teriak adikku dengan wajah gembira

"Ayah , ibu tahu tidak kenapa aku pulang tidak kasih kabar?" Aku berharap dengan jawaban yang pasti

"Apatuh?" Tanya ibu

"Akuuuuu, gaji kerja kuu Bu ,Yah " aku berharap dengan senang

"Kenapa? , gaji kamu naik? " Tanya ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun