"Kamu tidak salah Ganes, akulah yang salah"
"Tapi..."
Entah mengapa kata-kataku seakan menggantung. Aku sadar betul dialah Arjuna, lelaki yang selalu kuinginkan. Dialah Arjuna lelaki yang telah menyelamatkan hidupku. Dialah Arjuna cintaku di masalalu yang masih membekas hingga saat ini.
Arjuna tersenyum, "Aku masih bisa merasakan perasaanmu Ganes"
"Ini adalah perasaan yang salah" kataku.
"Ya, kuharap setelah ini perasaanku padamu juga memudar walaupun itu adalah hal yang sulit" katanya.
Airmataku yang sedari tadi kutahan akhirnya tumpah juga. Aku tak percaya pertemuan kami yang indah harus diakhiri dengan perpisahan yang menyakitkan hati.
"Maaf membuatmu menangis" katanya.
Di langit sana, tampak senja begitu ranum bermanja. Terbayang kembali kenangan saat aku dan Arjuna masih bersama, menanti senja datang lalu bersiap  berangkat ke masjid untuk sholat magrib. Aku dan Arjuna tidak pernah berpacaran. Kami bersahabat. Tapi memang sejak awal bertemu aku sudah menyukainya. Menyukai lelaki yang rutin puasa sunah Senin Kamis, lelaki yang tidak pernah absen sholat di masjid, lelaki yang tidak pernah meninggalkan sholat dhuha, lelaki yang seringkali melantunkan ayat-ayat Tuhan setiap selesai sholat wajib. Ah, Arjuna selalu memikat hati.Bahkan hingga kini.