Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kilas Lembayung Bali

14 Desember 2018   10:22 Diperbarui: 17 Desember 2018   15:25 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima belas tahun yang lalu.

Arya dan Putu mengajakku menikmati senja di pantai Kuta ini.  Kaki kami berselonjor manja diantara butiran pasir putih. Kututup mataku untuk menikmati alunan lembut angin yang membelaiku. 

"Niluh janji ya,  akan kembali lagi ke Bali" kata Putu. 

Aku yang masih menutup mata mengangguk pelan, "aku janji"

"Niluh bukalah matamu" kata Putu. 

Sebuah cincin yang berasal dari untaian batang tipis,  terselip sekuntum bunga kecil warna putih disana. 

"Niluh terima ya hadiah dari Putu" kata Putu seraya tersipu. 

Aku menatap takjub hasil karyanya.  Entah mengapa Bli Putu memang selalu memperhatikanku lebih daripada perhatian Bli Arya. 

"Terimakasih  Bli Putu" kataku. 

Kulihat paras bahagia Putu.  Sejenak kutatap paras Arya pun tersenyum padaku. 

"Maukah Niluh jadi pendampingku saat dewasa nanti? " tanya Putu,  bocah yang saat itu baru berusia enam tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun