Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka di Balik Serpihan Hati

12 Desember 2018   14:45 Diperbarui: 12 Desember 2018   14:57 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Luka yang cinta

Luka yang setia

Sayang, semua tak mungkin terhapus begitu saja

Masalalu, masih bisa dikenangkan

Dan kini teruslah berjalan, membawai luka

Membuka lembaran baru, tanpa takut terluka

Oleh serpihan hati

Aku masih menatap lelaki yang memakai jas warna putih. Tubuh tegap dan rambut ikalnya takkan pernah kulupakan. Meskipun bertahun lamanya berlalu, namun aku merasa yakin dirinya pun belum melupakanku.

"Ganesha" tegur Bram sambil merapikan kacamata minusnya.

Aku hanya tersenyum seraya mengabaikan perasaan hatiku yang terluka kembali. Selama ini aku berusaha untuk tidak kembali ke Surabaya. Aku tidak mau bertemu dengan Bram. Apapun yang terjadi, Bram hanyalah bayangan masalalu yang seharusnya kuabaikan.

"Apa kabarmu?" tanya Bram.

"Baik, Bram bagaimana?"

"Aku...aku sehat"

"Istri dan anak-anakmu?"

Tampak Bram menekuk parasnya, "Kau masih ingat berita tentang jatuhnya pesawat Lion Air JT 610?"

"Istrimu dan anakmu?"

"Ya, mereka berada di sana"

"Aku turut berduka cita"

Bram tampak mengangguk, "Bagaimana kabar suami dan anakmu?"

"Mereka baik"

"Di Jakarta?"

"Ya"

"Ganesha maafkan aku ya"

"Buat?"

"Mengabaikan perasaanmu saat itu"

"Perasaan apa?" aku mencoba tak mengakui betapa terlukanya hatiku. Bahkan saat itu aku seringkali menangis sendirian mengingat pernikahannya.

"Jadi kau tidak pernah ada rasa suka padaku?"

Aku menggeleng pelan, "Aku selalu menganggapmu sebagai sahabat terbaikku"

Aku berlalu meninggalkannya, meninggalkan sosok yang pernah meninggalkan hatiku. Membuat hatiku menjadi serpihan tanpa rasa. Meskipun pada akhirnya kutemukan lelaki lain yang mau menikahiku, tanpa peduli akan masalaluku. lelaki yang tak pernah berharap banyak atas cintaku. Lelaki yang kini selalu disampingku, menegarkanku dan selalu mencintaiku. Cinta yang tanpa luka.

===

Sepuluh tahun yang lalu

 

Serpihan hati ini kupeluk erat, akan kubawa sampai kumati.

Memendam rasa ini sendirian.

Ku tak tahu mengapa  aku tak bisa

Melupakanmu

 

Lirik lagu dari Utopia mengalir lembut di telingaku. Membuat suasana jadi begitu melankolis.

'Aku akan menikah' pesan singkat Bram masih juga terngiang di telingaku. Aku belum juga membalas pesan singkatnya. Entah mengapa justru aku malah bersedih. Seharusnya sebagai seorang sahabat, aku tidak boleh mencemburui kekasih ataupun calon istrinya. Toh selama ini Bram tidak pernah menunjukkan ada ketertarikan kepadaku. Aku hanyalah gadis tomboy, yang tak pernah peduli perasaan laki-laki yang mendekatiku.

"Hai Ganesha..." sapa Harris mengejutkanku.

Sejenak kuseka airmata yang hampir tumpah begitu saja.

"Hai Mas Harris"

"Ada jadwal mengajar apa hari ini?"

"Fisika  kelas delapan dan Kimia kelas sepuluh" jawabku.

"Gilakkk....kamu memang gilakkk" kata Harris.

Aku menatapnya tajam, ada hak apa lelaki yang baru mengenalku seminggu yang lalu mengatakan bahwa aku gila.

"Sorry, maksudku cuma kamu tentor yang bisa mengajar bidang studi apapun. Fisika, kimia, matematika, biologi, bahasa inggris" kata Harris.

"Namanya juga tentor pengganti" jawabku asal saja.

"Tapi kamu tentor kesayangan Manajer cabang Kusumabangsa dan murid-muridmu adalah siswa sekolah terbaik di Surabaya"

"Memangnya Mas Harris nggak tahu aku mantan siswi sekolah itu"

Lelaki bernama Harris menatapku, "Kalau begitu aku salah sudah jatuh hati padamu"

Aku terbelalak. Bayangkan menyatakan cinta di ruang tentor sebuah lembaga bimbingan belajar, tidak romantis sama sekali.

"Aku seperti pungguk merindukan bulan" keluh Harris.

Aku hanya meringis tidak menanggapi pernyataannya.

Semenjak berkuliah di kampus merah, banyak kaum Adam yang sengaja ataupun hanya coba-coba untuk mendekatiku. Aku sama sekali tak peduli apabila mereka ada hati untukku. Bagiku, kuliah di kampus merah itu sudah sangat mengecewakan. Aku harus kehilangan satu-satunya orang yang selama ini kuinginkan untuk di dekatku, Bram.

Bram adalah teman sebangku saat SMA. Bagiku, dia adalah sosok humoris, menyenangkan dan berwibawa. Sempat dirinya menyatakan keberatan saat aku menerima tawaran menjadi mahasiwa kampus merah. Namun lagi-lagi karena keterbatasan ekonomi keluarga, aku tidak mungkin memilih jurusan sama dengannya, jurusan kedokteran.

Aku menyukai biologi. Bahkan nilai biologi saat SMA ku selalu mendekati sempurna. Lain halnya kampus merah yang menawarkan 98% materi fisika yang memuakkan. Apalah artinya pilihan dalam keterbatasan. Akhirnya dengan berat hati aku menjadi salahsatu mahasiswi kampus merah. Kampus yang 98% berisi kaum Adam.

Ponselku berdering. Sebuah pesan dari Bram terpampang disana.

'Lusa aku akan menikah, kamu tidak apa-apa kan Ganesha?'

Nonsense. Aku kecewa. Sama kecewanya saat dirinya tidak percaya aku mampu menjaga diriku di kampus merah ini. Tapi sungguh, tak ada yang bisa aku lakukan kecuali menerima kenyataan bahwa hati dan raganya tidak bisa lagi kumiliki.

"Putus cinta?" tegur Harris.

"Ditinggal kawin" kataku seraya meninggalkan Harris sendirian.

"Yuk kawin denganku saja"

Kulempar Harris dengan spidol mengajar namun hanya mengenai bahu kekarnya.

Ponselku bergetar kembali, sebuah pesan dari Nisa

'Hai Ganesha sudah mendapat kabar dari Bram. Dia mau menikah. Kamu datang kan ya? Kalau tidak datang berarti kamu benar-benar suka sama Bram'

Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kutumpahkan sedihku dalam sesenggukan tangisku. Biarlah ini menjadi yang pertama dan terakhir aku mengalaminya, patah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun