"Sebentar lagi Pak Parman akan menuju tempat yang paling dia sukai"
"Di rumah?" tanyaku, bukankah di hari nan panas ini memang lebih enak berada di rumah. Apalagi rumah Pak Parman memang dingin karena banyaknya pohon rindang yang menaungi rumahnya.
Wanita paruh baya tadi menggeleng pelan.
===
Aku mengikuti Pak Parman melangkah. Mungkin memang tindakanku terkesan lancang. Namun rasa penasaranku membuatku tetap mengikuti langkah  lelaki tua buta tersebut. Kubaca sebuah plang tua bertuliskan 'Panti Asuhan Rasa Asih'. Dari luar rumah tersebut tampak asri dan dikelilingi kebun yang hijau.
"Assalamualaikum..."Suara getar Pak Parmin membuat wanita paruh baya dari dalam rumah panti tersebut bergegas keluar.
"Waalaikumsalam" jawab wanita paruh baya itu, kuduga dia adalah pemilik dan pengasuh panti.
"Bagaimana kabar anak-anak?"
"Baik, semuanya sehat. Bagaimana kabar Kang Parman?"
"Ya, bisa kaulihat, aku masih segar bugar" kudengar suara tawa pelan meluncur dari bibir Pak Parman. Tawa bahagia yang tak pernah kulihat sejak pertama kali bertemu dengannya.
"Panti ini...ah rasanya baru kemarin saja aku meninggalkannya" kenang Pak Parman.