Farida menatap suaminya. Entah apa yang berkelebat di pikirannya. Tetiba seraut wajah pias terpancar dari wajahnya.
"Maafkan aku Adinda, maaf kalau ternyata Adinda belum siap dengan ini semua" Rachmad menatap iba istrinya. Kebahagiaan yang dirasakan saat terbangun dari tidur tadi tetiba menguap begitu saja.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan Mas. Aku ke kamar mandi duluan" ucap Farida meninggalkan suaminya yang masih menatapnya, entah dengan perasaan seperti apa.
"Apakah yang harus aku lakukan untuk membuatmu bahagia istriku?" gumam Rachmad.
Hatinya tetiba merasa kecut. Memang awalnya dirinya sengaja mengajak istrinya menemani dinas di kota Paris agar istrinya mampu membuka hatinya dan mau menerimanya sebagai suami. Bukan sebagai bayangan seorang Hamzah. Jika ternyata usahanya kali ini masih gagal, lalu apakah artinya kemesraan mereka berdua semalam. Apakah Farida masih belum bisa merasakan tulusnya kasih seorang Rachmad.
===
Pagi ini adalah hari ketiga Rachmad Pradana dan keluarga kecilnya berada di kota Paris, Negara Perancis. Terlihat dari kaca hotel menara Eiffel yang berdiri tegak. Menara tersebut berjarak sekitar empat ratus meter dari hotel tempatnya menginap. Entah mengapa banyak yang berpikir bahwa menara itu merupakan lambang cinta. Dan mengatakan bahwa kota Paris ini merupakan kota yang romantis. Apalah artinya perkataan orang-orang tersebut jika Rachmad tidak bisa merasakan hal yang sama.
Setelah menelpon office boy hotel agar sarapannya diantarkan saja ke kamar, Rachmad kembali membuka laptopnya. Konsentrasinya terhenti tatkala dirinya mencium wewangian yang tak biasa.
Farida menyajikan secangkir teh hangat untuk suaminya, sebelum akhirnya suaminya berangkat untuk melakukan presentasi di tempat tugasnya. Sejenak Farida mencium pipi kanan suaminya. Antara terkejut dan senang merayap di hati Rachmad.
"Adinda memakai parfum?" tanya Rachmad.
"Kalau memakai parfum agar menarik buat suami kan bukan hal yang dosa" kilah Farida.