Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Penakluk Senja (3)

25 September 2018   14:55 Diperbarui: 25 September 2018   15:01 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Coba pandangi diriku dan rasakan kasih tulusku

Hingga kau mengerti hanya dirimulah yang istimewa

Wanita penakluk senja

Wanita penakluk hatiku....

Namaku Hanan Adhitya, dirinya bernama Ganesha Prameswari.

Ini sudah memasuki tahun kedua kuliah di kampus Merah.  Di hadapanku kini berjajar mahasiswa baru yang sedang orientasi dan pengkaderan. Namun pengkaderan tahun ini rupanya harus melunak, karena apabila ditemui tindakan kekerasan maka panitia pengkaderan yang kena hukuman skorsing dari pihak rektorat.

Beberapa mahasiswi baru menjadi perbincangan diantara kami. Sembari menyeruput kopi dan merokok, topik kami tidak jauh dari sekumpulan mahasiswi baru. Entah mengapa semenjak adanya PMDK tahun kemarin, kuota untuk mahasiswi kampus Merah ini makin diperbanyak oleh pihak kampus.

Kampus Merah kini sudah berubah seratus persen. Mahasiswa yang biasanya berambut gondrong dan jarang mandi sudah tidak ada lagi. Mereka sudah wangi karena malu dengan banyaknya mahasiswi berseliweran.

Di sebelahku berdiri seorang Ganesha, rupanya dia memasang tampang serius. Aku hampir tertawa melihatnya, ternyata seserius apapun, dia tetap tidak bisa memerankan peran antagonis. Ganesha melihat kearah kerumunan mahasiswi baru yang jauh lebih modis daripada angkatannya dulu.

"Mereka cantik ya" Ganesha membisikkan ke telingaku. Aku tertawa mendengarnya.

"Kamu takut kalah saing ya?" godaku dengan suara pelan.

Sementara beberapa temanku sibuk mengurusi mahasiswa dan mahasiswi baru, aku mengajak Ganesha ke kantin. Di depan kantin terpasang bendera besar dengan tulisan huruf 'M' berwarna merah.

"Nes, kamu masih ingat nggak, dulu ada seorang dosen yang bilang kalau cewek jurusan Mesin itu nantinya bakal nikah sama cowok Mesin" kataku menggodanya.

"Tapi aku tidak mau nikah sama cowok Mesin" katanya lugas.

Aku terhenyak. Wah, berarti penantianku selama setahun ini sia-sia. Pengharapan agar dirinya bisa suka padaku sepertinya sudah pupus.

"Seriusan Nes?"

"Pinginnya sih gitu Mas"

"Nes, aku tuh pingin serius sama kamu. Kamu mau ya ketemu sama orangtuaku" bujukku.

Ganesha menatapku. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Lagi-lagi aku hanya merasakan kecewa, tapi aku tidak bisa marah padanya. Apalah diriku dibandingkan dengan seorang Ganesha. Lulusan yang terbaik di SMA nya, seorang yang meraih nilai tertinggi di penerimaan PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat). Ah, Ganesha itu walaupun tidak pernah belajar saat mau ujian, tetap saja dia lulus dengan nilai terbaik.

===

Kali ini kulihat Ganesha sedang berbicara dengan seorang lelaki. Ah, harusnya adalah suatu hal yang biasa jika dirinya berbicara dengan lelaki, toh disini sembilan puluh persen kampus ini  isinya mahasiwa, bukan mahasiswi. Lelaki yang  kini ada di hadapan Ganesha memakai jaket almamater warna biru. Itu berarti bukan dari jurusan Teknik Mesin. Kucoba perhatikan mereka dari jauh. Rupanya lelaki itu jurusan Teknik Elektro.

Lelaki itu kini berbicara pada Ganesha. Raut muka Ganesha tiba-tiba berubah menjadi sedih. Terlihat kekecewaan menghiasi raut mukanya. Entah apa yang lelaki itu katakan, rasanya tangan ini ingin meninju mukanya. Aku tak ingin siapapun menyakiti wanita yang aku sayangi.

"Hayuk serbuuuuu...." Kudengar teriakan dari arah kampusku, kampus Merah.

Aku lupa, hari ini akan ada tawuran antara mahasiswa Mesin dan Elektro. Gawat, Ganesha sedang ada di kampus Elektro sekarang. Aku berlari secepatnya, sebelum teman-teman dan seniorku sampai di kampus Elektro.

"Nesha, ayo pergi" kataku menghampiri Ganesha dan menyuruhnya berlari.

Kulihat sekilas Ganesha menyeka air matanya. Aku pun sekilas melihat lelaki yang sedari tadi berdiri di hadapan Ganesha. Ya, tidak salah lagi, lelaki itu bernama Agung...Dialah ketua himpunan Mahasiswa Elektro  yang baru diangkat awal bulan kemarin.

Apa hubungannya Ganesha dengan Agung? Bukankah berkali-kali Ganesha bilang tidak memiliki seorang kekasih. Mengapa Agung terlihat begitu sayang pada Ganesha? Dan mengapa Ganesha menangis mendengar kata-kata dari Agung? Apa yang mereka bicarakan? Apakah mereka saling mengenal, apakah mereka saling jatuh hati?

Berbagai pertanyaan menyelimuti otakku. Aku mengarahkan Ganesha ke tempat yang aman. Setidaknya sampai tawuran selesai.

Kulihat berpuluh puluh mahasiswa Teknik Mesin sudah menuju ke kampus Elektro. Dengan yel-yel dan lagunya yang khas, mereka berjalan ke plaza Teknik Elektro.  Aku tahu ini akan terjadi. Bagi kami, tawuran bukanlah momok, melainkan hal yang menyenangkan. Sebenarnya penyebab tawuran ini sepele, yaitu kemarin sore ada seorang mahasiswi Mesin lewat di jurusan Teknik Elektro lalu ada beberapa mahasiwa Elektro menggodanya. Merasa tidak nyaman Mahasiswi tersebut melaporkan ke salah satu senior yang terkenal suka membuat rusuh. Alhasil, tawuran yang tidak terelakkan terjadi.

"Nes..." aku melihat kearah Ganesha yang rupanya menyembunyikan kesedihannya.

"Apa perlu aku kasih pelajaran cowok brengsek tadi?" tanyaku.

"Jangan Mas Hanan, dia tidak salah. Akulah yang salah" kata Ganesha.

"Maksudnya?"

"Dia seniorku saat SMA, dia ingin sekali satu kampus denganku. Tapi aku sudah diterima duluan di PMDK Teknik Mesin. Berulangkali dia mengajakku untuk ikut tes  agar bisa sekampus dengannya"

"Kamu suka dia?" tanyaku hati-hati, khawatir melukai perasaan orang yang aku sayangi.

Ganesha mengangguk pelan.

Ah, Ganesha, aku patah hati.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun