"Kamu takut kalah saing ya?" godaku dengan suara pelan.
Sementara beberapa temanku sibuk mengurusi mahasiswa dan mahasiswi baru, aku mengajak Ganesha ke kantin. Di depan kantin terpasang bendera besar dengan tulisan huruf 'M' berwarna merah.
"Nes, kamu masih ingat nggak, dulu ada seorang dosen yang bilang kalau cewek jurusan Mesin itu nantinya bakal nikah sama cowok Mesin" kataku menggodanya.
"Tapi aku tidak mau nikah sama cowok Mesin" katanya lugas.
Aku terhenyak. Wah, berarti penantianku selama setahun ini sia-sia. Pengharapan agar dirinya bisa suka padaku sepertinya sudah pupus.
"Seriusan Nes?"
"Pinginnya sih gitu Mas"
"Nes, aku tuh pingin serius sama kamu. Kamu mau ya ketemu sama orangtuaku" bujukku.
Ganesha menatapku. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Lagi-lagi aku hanya merasakan kecewa, tapi aku tidak bisa marah padanya. Apalah diriku dibandingkan dengan seorang Ganesha. Lulusan yang terbaik di SMA nya, seorang yang meraih nilai tertinggi di penerimaan PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat). Ah, Ganesha itu walaupun tidak pernah belajar saat mau ujian, tetap saja dia lulus dengan nilai terbaik.
===
Kali ini kulihat Ganesha sedang berbicara dengan seorang lelaki. Ah, harusnya adalah suatu hal yang biasa jika dirinya berbicara dengan lelaki, toh disini sembilan puluh persen kampus ini  isinya mahasiwa, bukan mahasiswi. Lelaki yang  kini ada di hadapan Ganesha memakai jaket almamater warna biru. Itu berarti bukan dari jurusan Teknik Mesin. Kucoba perhatikan mereka dari jauh. Rupanya lelaki itu jurusan Teknik Elektro.