Apalagi bagi pegiat usaha yang sudah cukup besar. Besar di sini dalam artinya sudah menyewa gedung, punya lebih dari 1 cabang, punya karyawan yang cukup banyak, dan tercatat dalam badan usaha.Â
Mungkin saja, mereka bisa diviralkan dan konsumen yang datang dalam kurun waktu setahun datang cukup ramai. Namun, perlu ditekankan kembali exposure bukan satu-satunya daya tarik untuk meningkatkan penjualan.
Sekarang, coba diingat. Siapa yang pernah makan mie instan di tempat ala-ala cafe yang ramah untuk nugas, meeting online, ataupun sekadar nongkrong. Berapa banyak yang masih bertahan?
Menjual makanan seperti mie instan dengan harga kisaran mulai dari Rp 15,000, apakah mungkin menutup biaya produksi? Mulai dari penyediaan bahan baku, gaji karyawan, hingga sewa tempat.Â
Faktor yang tidak terlihat inilah yang justru punya pengaruh lebih terhadap bisnis yang sustainable. Bukan cuma sekadar exposure yang sebentar viral, ramai, kemudian sepi pembeli.
Pilihan Promosi Usaha Bukan Cuma Bayar Pakai Exposure!Â
Meskipun punya exposure yang besar, mesti dipertimbangkan juga bagaimana kelangsungan bisnis kedepannya. Ada beberapa hal lain yang bisa dicoba daripada hanya mengandalkan exposure seorang influencer.Â
Pengen menjangkau pasar yang lebih luas, marketplace solusinya. Makin canggih zaman, orang makin mager untuk cari makanan. Tinggal klik, makanan sudah diantar.Â
Daripada hanya sekadar menjual produk disatu tempat, menjual produk di marketplace bisa jadi pilihan. Target pasar pun bisa jadi jauh lebih luasa. Bagi pelanggan favorit yang rumahnya tidak terlalu dekat dapat terfasilitasi dengan metode ini.
Exposure dari influencer memang perlu. Namun, kalau budgetnya belum cukup gimana, ya, cara memviralkan dagangan saya? Pasalnya, bukan rahasia umum lagi kalau bayar influencer itu biayanya mahal.