Sayangnya, tetap saja kalau bukan karena kesepakatan kedua pihak, perilaku ini seolah memaksa dan seperti pemalakkan. Etikanya, jika ingin saling barter manfaat sudah dibicarakan jauh sebelum proses pengambilan gambar terjadi.
Ada kesepakatan antara kapan, apa saja yang direview, dan manfaat apa saja yang didapatkan masing-masing.
Berapa Lama Tren dari Exposure ini Bertahan?
Dari jutaan followers yang ada berapa persen profit yang bakal diterima pelaku usaha? Hal ini jadi pertanggungjawaban, bagi food vlogger yang kerap minta bayar pakai exposure.Â
Seberapa besar dampak konten tersebut dapat memviralkan dagangan mereka yang direview. Katakanlah, profit yang didapatkan bisa naik jauh dua kali lipat dari penjualan sebelumnya. Namun, pertanyaanya berapa lama ini akan berlangsung?
Pengalaman seorang teman dari ibu yang merupakan pengusaha kelapa bakar dan daganganya pernah direview oleh seorang influencer. Ia menuturkan trend yang menaikkan penjualannya hanya berkisar selama sebulan. Lepas sebulan penjualan kembali normal.Â
Tentunya, profit yang didapat juga bergantung pada jenis makanan apa saja yang dijual, bagaimana lokasinya, dan sasaran konsumennya. Belum lagi, makanan yang lagi viral trennya cepat berubah.Â
Hal ini disebabkan karena minat konsumsi masyarakat juga cepat berubah. Makanan yang sedang tren tidak mampu mengalahkan eksistensi makanan pokok.Â
Misalnya, saat booming film squid game. Orang-orang berlomba-lomba untuk menjajal permen dalgona. Pasca tren film ini usai, permen dalgona hanyalah sebuah permen anak-anak yang rasanya manis.
Baik pedagang kecil, makanan sederhana, semua menginginkan keuntungan yang long lasting. Bukan cuma viral sesaat dan tenggelam kemudian.Â