***
Salah satu alasan seseorang menjauh adalah mungkin perasaan cinta yang mengikat terlalu dalam. Aku bagian dari mereka yang memilih jalan tersebut. Berjalan menjauh dari duniamu dengan kesadaran penuh akan cinta sepihak.
Kita tak pernah berbicara cinta dalam setiap kesempatan bersua. Obrolanmu tak lepas segala hal tentang hal -hal yang populer saat itu dan diskusi pencapaian yang ingin diraih. Tentang film yang ingin kamu nikmati, tentang buku yang ingin kamu miliki dan kesuksesan yang kamu ukir suatu hari bisa merasakan kehidupan global di negara orang.
Kamu tak pernah berbicara mengenai cinta. Ingatanku kembali pada suatu senja kala itu. Di sisiku kamu diam membisu. Menikmati suara kereta di pengujung senja, menit-menit melepas kepergianmu .Â
Dua hari sebelumnya, aku sempat menulis surat cinta tentang perasaanku kepadamu yang ku kirim ke email-mu. Sesuatu yang tak mungkin kamu abaikan. Sebab setiap hari kamu selalu memeriksa email masuk. Tak mungkin berlabuh ke spam, karena terkadang kita kerap berkomunikasi lewat email.
Kamu tak pernah membahasnya meskipun aku membanjirimu dengan kata-kata tentang perasaan buncah akan romantisme cinta. Kamu tetap bermain dalam diam setiap kali kita berjumpa. Tak sekalipun menyinggung dan tetap menghadir kenyamanan mengiringi langkahku menikmati debu jalanan ibukota.
Barangkali bukan kesibukan yang membuat waktu bersua denganmu menguap begitu saja, tapi keputusanku untuk beranjak pergi darimu ketika cinta ini mencengkeram erat di hati. Aku tak ingin terluka sendirian. Memahami fakta bahwa tak ada aku di dua bola matamu saja sudah cukup mengecewakan, apalagi penolakan cinta sepihak yang kubayangkan akan menyisakan kesedihan.
****
Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat ketika kenangan itu kembali hadir di benakku. Dalam sembilan tahun memutuskan tak lagi terhubung dengan duniamu. Sialnya kamu pernah menyapaku dalam tidur nyenyakku.
"Jika kamu berpenampilan mengunakan rok, aku akan mempertimbangkanmu,"Â ujar kamu dalam mimpi tersebut.