Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dikatakan atau Tidak, Tetap Saja Ku Sebut (Kamu) Cinta

28 September 2024   12:59 Diperbarui: 28 September 2024   13:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Dikatakan atau Tidak, Tetap Saja Ku Sebut (Kamu) Cinta ( sumber foto : dokpri)

Kamu tak pernah membahasnya meskipun aku membanjirimu dengan kata-kata tentang perasaan buncah akan romantisme cinta. Kamu tetap bermain dalam diam setiap kali kita berjumpa. Tak sekalipun menyinggung dan tetap menghadir kenyamanan mengiringi langkahku menikmati debu jalanan ibukota.

Barangkali bukan kesibukan yang membuat waktu bersua denganmu menguap begitu saja, tapi keputusanku untuk beranjak pergi darimu ketika cinta ini mencengkeram erat di hati. Aku tak ingin terluka sendirian. Memahami fakta bahwa tak ada aku di dua bola matamu saja sudah cukup mengecewakan, apalagi penolakan cinta sepihak yang kubayangkan akan menyisakan kesedihan.

****

Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat ketika kenangan itu kembali hadir di benakku. Dalam sembilan tahun memutuskan tak lagi terhubung dengan duniamu. Sialnya kamu pernah menyapaku dalam tidur nyenyakku.

"Jika kamu berpenampilan mengunakan rok, aku akan mempertimbangkanmu," ujar kamu dalam mimpi tersebut.

Aku terdiam tatkala terbangun. Memikirkan kalimatmu. Selama masa pertemuan kita, kamu tak pernah protes dengan penampilanku yang memang nyaman mengenakan celana panjang. Terkesan tomboi namun tak mengurangi sisi lembutku sebagai perempuan yang manja. 

Kemunculanmu dalam mimpiku akhirnya membawaku menelusuri jejak digital dirimu di sosial media. Membangkitkan kembali ingatan kala menghabiskan hari-hari bersamamu --yang seharusnya terlupakan. Ada banyak pertanyaan yang ingin kuajukan kepadamu lewat pesan pribadi di sosial mediamu namun membeku dalam pikiran; pernahkah aku menyisakan kesan yang berarti di hatimu selama kita bersama? 

Oh Tidak. Maksudku pernahkah kamu merindukanku selama sembilan tahun ini?

Bibirku kelu tatkala membaca balasan darimu. Cara kamu menulis pesan masih saja meninggalkan kesan yang sama. Kamu memperhatikan penempatan huruf penggunaan kapital dan imbuhan dengan baik. 

Kesan yang sama namun tidak sehangat dulu membuatku ragu untuk bersiap membanjirkanmu dengan ungkapan kerinduan menghabiskan waktu bersamamu. Menyampaikan keinginan untuk melangkah bersama kembali, namun logikaku kembali menahan. 

"Jangan dulu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun