Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membaca dan Perjalanan Membangun Karakter Diri

23 Juli 2024   14:03 Diperbarui: 23 Juli 2024   21:50 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : Membaca bukan sekedar hobi semata ( Sumber gambar : Dokpri)

Ada sebuah pernyataan menarik dari novel berjudul Welcome To The Hyunam-Dong Bookshop, karya Hwang Bo-reum, penulis Korea Selatan yang membuat saya sepenuhnya setuju. 

“Dengan terus membaca buku, aku yakin aku bisa menjadi orang yang baik,” ujar Yeong-ju, tokoh utama dalam novel tersebut.

Membaca memang tidak menjamin seseorang memiliki kehidupan fancy ala Syahrini tanpa khawatir soal kondisi finansial. Membaca juga tidak memastikan seseorang bisa sepintar Xaviera Putri, peserta Clash of Champions. Tapi, dengan membaca dapat  mengasah sisi humanis seseorang sebagai makhluk sosial.

Setidaknya itu yang saya rasakan sebagai pribadi yang tumbuh dengan kebiasaan membaca. Saya tidak bisa mengatakan membaca adalah sebuah hobi, tapi lebih dari sekedar akan sebuah kebutuhan emosi di dalam diri ini.

Meskipun akhir - akhir ini minat membaca saya tidak se-addict saat masih duduk di bangku sekolah, setidaknya dalam satu bulan ada buku yang saya selesaikan. Jika saat kecil hingga kuliah saya lebih banyak terjebak pada bacaan jenis fiksi, beranjak dewasa saya lebih tertarik pada buku pengembangan diri atau self improvement.

Baiknya pribadi seseorang tentu tidak bisa dinilai oleh diri sendiri tapi oleh lingkungan. Namun, tak bisa dipungkiri proses kepribadian saya berkembang tak lepas dari bacaan yang saya nikmati sedari kecil hingga memasuki usia dewasa saat ini.   

Dan, melalui buku self improvement saya belajar untuk lebih mencintai diri sendiri serta melihat sesuatu permasalahan dari berbagai sudut pandang – tidak egois pada pendapat pribadi.

Peran Keluarga dalam Literasi

Ilustrasi gambar : Pentingnya literasi dalam kehidupan (Sumber gambar : Dokpri)
Ilustrasi gambar : Pentingnya literasi dalam kehidupan (Sumber gambar : Dokpri)

Bagi saya membaca dapat membentuk karakter diri menjadi pribadi yang lebih humanis. Dan, saya bersyukur Allah menganugerahi seorang Ibu yang mengajarkan saya membaca sejak usia lima tahun. Memiliki ayah yang bekerja keras sehingga kami punya privilege untuk membeli banyak buku.

Ayah adalah orang yang tidak sengaja membawa saya mengenal majalah Bobo. Saya tidak mungkin lupa saat sekolah dasar dulu, menemani ayah mampir ke penjual koran. Saya menemukan majalah anak - anak disana dan meminta ayah untuk membelikannya. 

“Ayah tidak bisa menjamin meninggalkan harta yang banyak untuk kalian, mungkin dengan buku - buku ini, “ celetuk ayah saat melihatku membaca.

Ayah saya bukanlah orang yang menempuh pendidikan tinggi, bukan juga tipe orang yang memberi act of service dengan ragam afirmasi positif. Tapi, terkadang selalu ada celetuk baik tanpa sadar ia ucapkan memberi dampak menyenangkan bagi diri ini. 

Ayah mungkin tidak tahu harga tumpukan buku milik anaknya yang tersebar di setiap sudut rumah. Satu - satunya yang ia tahu, anaknya suka membaca. Dan, kami bersyukur Allah memberikan takdir kepada diri ini memiliki ayah yang memenuhi kebutuhan finansial kami dengan cukup sehingga bisa membeli buku. 

Sebuah kemewahan bagi saya bisa membaca buku dengan bebas tanpa dipenuhi kekhawatiran akan kondisi keuangan. Karena, persoalan utama kebanyakan orang jika berbicara soal buku adalah persoalan uang tanpa mereka sadar dampak sebenarnya dari sebuah buku itu sendiri.

Ilustrasi gambar : Salah satu fasilitas sudut membaca di perpustakaan Taman Ismail Marzuki ( Sumber gambar : Dokpri )
Ilustrasi gambar : Salah satu fasilitas sudut membaca di perpustakaan Taman Ismail Marzuki ( Sumber gambar : Dokpri )

Saya hampir sempat mengeluarkan kata sumpah serapah ke seorang ibu muda yang enggan membeli buku untuk belajar anaknya. Padahal dari segi ekonomi termasuk kelas ekonomi atas karena kerap menghabiskan liburan ke luar kota dan menginap di hotel berbintang -- yang kemudian hari saya sadar, dia belum tersadarkan tentang dampak dari literasi itu sendiri --

“Berapa harganya?” tanya ibu muda tersebut melihat buku belajar membaca dan berhitung.

“Tujuh puluh lima ribu , “ ujar saya. Sebuah harga yang baginya terbilang mahal untuk sebuah buku. Sementara, bagi saya dengan harga segitu termasuk murah untuk buku setebal itu.

Situasinya pada saat itu mommy muda ini meminta saya mengajarkan anaknya membaca dan berhitung. Tentu dibutuhkan buku pegangan sebagai keseriusan yang nantinya juga ia bisa terlibat mengajarkan anaknya dengan buku tersebut. 

Bagi saya, orang tua adalah yang sangat berperan dalam literasi anaknya. Momen ibu saya mengajarkan membaca saat saya belum genap berusia lima tahun sangat melekat dalam ingatan hingga saat ini ; menjadi kenangan indah yang menyenangkan. 

Begitupun suasana ketika Ayah membaca koran selepas maghrib – menikmati istirahat malamnya setelah seharian berjibaku di toko, dan disisinya saya membaca sisa koran yang sudah ia baca. 

Sekalipun saya punya kenangan tidak menyenangkan dengan ayah soal membaca yang tiba - tiba merebut majalah Bobo dan melemparkannya ke halaman tetangga. Tapi, itu tidak membuat saya membenci ayah.

Salah sendiri sih, situasi mati lampu, tapi nekat membaca di lampu togok, yah gimana marah si bapak *eh. 

Apa yang telah dilakukan kedua orangtua saya yang tanpa sadar mereka mengenalkan dunia literasi kepada anaknya. Sebuah kemewahan dibandingkan tumpukan mainan pada saat itu karena dampaknya terasa hingga sekarang. 

Membaca buku memang tidak membuat kita hidup fancy, tapi dengan membaca buku membuat kita memiliki karakter dan kekuatan dalam menjalankan hari - hari yang melelahkan, bukan?

Selamat Hari Anak Nasional, untuk menuju kemajuan dibutuhkan literasi yang baik. Semoga Anak Indonesia tumbuh dengan kegemaran membaca buku !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun