Dan, begitu yang terjadi pada penggunaan kata “Yu-ah-cha” oleh tim produksi saat obrolan Park Bo young dan Yoo Jae Suk. Mereka yang anti feminis menilai kata tersebut sebagai unsur dari suara feminis sehingga tombol dislike banyak dilakukan.
Makin banyaknya perempuan di Korea menyadari bahwa pembagian peran berdasarkan jenis kelamin dalam rumah tangga sangat tidak setara dan merugikan perempuan. Hal tersebut menjadi perhatian bagi feminis untuk melakukan perubahan terhadap peran perempuan yang bisa dihargai dengan baik dari ketimpangan gender.
Pembagian pekerjaan domestik membuat lebih banyak perempuan terbebani. Bahwa ranah domestik bukanlah menjadi tanggung jawab kaum ibu semata, tapi juga bapak ikut berperan dalam hal tersebut.
Sementara itu anti feminis menilai paham feminis yang dipahami oleh masyarakat Korea terlalu berlebihan sehingga kesannya membenci laki-laki. Sentimen terhadap feminis masih menjadi ancaman bagi kelompok anti feminisme di Korea Selatan.
Isu inilah yang dijadikan presiden Korea Selatan, Yoon Seok-yeol dalam kampanyenya pada 2022 lalu yang mengatakan feminisme sebagai penyebab rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan. Ia berhasil memperoleh suara terbanyak dari pemilih laki-laki muda anti-feminis.
Situasi ini tentu menjadi tantangan terbesar bagi feminis di Korea untuk menyuarakan hak-hak perempuan dan tentu saja berjuang melawan misoginis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H