Mohon tunggu...
Eka Herlina
Eka Herlina Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Seorang teman bagi temannya, seorang anak bagi ibu, dan seorang perempuan bagi dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Misoginis dan Anti Feminis di Korea Selatan

19 November 2023   00:39 Diperbarui: 21 November 2023   08:35 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Drama Korea (drakor), salah satu produk budaya, merupakan pioner yang membuat mata dunia tertuju ke negeri ginseng tersebut. Kemudian dari drakor merambah ke K-Pop, K-Beauty, K-Fashion, hingga K-Food. 

Ketenaran produk budaya pop Korea dimanfaatkan sebagai media dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Meskipun dalam drama Korea masih mempresentasikan nilai-nilai budaya patriarki, namun oase feminisme tetap terasa pada produk budaya tersebut mengingat dominasi penulis perempuan di dalam naskah drakor. 

Paham feminisme belum sepenuhnya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Korea, namun beberapa tahun terakhir ini kesenjangan gender yang terjadi mulai menurun. 

Berdasarkan data Kementerian Gender dan Keluarga Republik Korea pada 2021, tingkat partisipasi tenaga kerja tengah berada di angka 52% dan dalam hal kesetaraan upah gender (gender wage gap) menunjukkan bahwa kesenjangan upah antara pria dan wanita telah mengalami penurunan.

Tetap saja feminisme di Korea masih menjadi musuh dan ancaman bagi sebagian pemuda berusia 20-an tahun. Mereka menganggap kehadiran feminisme memperkeruh bias antara laki-laki dan perempuan yang justru mendiskriminasikan laki-laki sehingga berkembang gerakan anti feminisme.

Misoginis dan Berkembangnya Gerakan Anti Feminis 

Ketika kesadaran feminisme di Korea meningkat di tengah perjuangan melawan misoginis dan seksisme belakangan ini, di Korea muncul gerakan anti feminisme yang juga mulai berkembang. Sebagian dari mereka adalah laki-laki muda Korea yang mengadvokasi hak-hak laki Korea sebagai respon terhadap gerakan radikal feminisme di Korea. 

Selain itu, sebagian dari mereka juga menjadi pendorong utama ujaran kebencian terhadap perempuan di dunia maya bahkan dalam realitas kehidupan masyarakat. Pada 2019 lalu, sebuah peristiwa pembunuhan seorang perempuan muda oleh seorang laki-laki tidak dikenal di dekat stasiun Gangnam, Seoul, Korea. 

Pembunuh pada saat itu memberi alasan ia tidak sanggup menahan sikap diabaikan oleh perempuan dan untuk itu melakukan kejahatan : membunuh perempuan. 

Sikap misoginis dan seksisme masih mengakar kuat di masyarakat Korea. Perempuan Korea masih berjuang dalam menghadapi persoalan ujaran kebencian dan berjuang melawan seksisme. 

Dilansir dari bbc.co.uk dalam artikel berjudul South Korean Man Attacks shop clerk he thought was a feminist, Baru-baru ini seorang pria di Korea Selatan melakukan serangan terhadap wanita pekerjaan toko swalayan. Rekamanan CCTV menunjukkan pria berusia 20-an memasuki toko daerah Jinju dan memukul wanita tersebut hanya karena memiliki rambut pendek dan dianggap feminis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun