Mohon tunggu...
Eka Feby Setiasari
Eka Feby Setiasari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi UIN

Dream

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Internet dan Media Sosial Bagi Pelajar terhadap Perilaku Belajar Siswa Menurut Teori Erik Erikson

18 April 2021   22:56 Diperbarui: 18 April 2021   23:39 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Eka Feby Setiasari 

NIM : 1903016092

PAI 4 C

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Walisongo Semarang

A. PENDAHULUAN 

Sosial Media itu adalah sebuah tempat untuk melakukan aktifitas bersosialisasi berbaur dan bergabung dengan orang lain. Tidak heran, jika mendengar kata Sosial Media maka pikiran orang orang tentu akan langsung tertuju pada Internet, Facebook, Twitter, Blogging, youtube dan semua fasilitas fasilitas lainnya yang menjembatani hubungan dan interaksi antar manusia.

Orang yang pintar dapat memanfaatkan media sosial ini untuk mempermudah hidupnya, memudahkan dia belajar, mencari kerja, mengirim tugas, mencari informasi, berbelanja, dan lain - lain. Internet merupakan salah satu sumber belajar bagi pelajar, karena dengan menggunakan internet pelajar dapat mengakses informasi-informasi secara cepat dan mudah. Bahkan berbagai sumber informasi dari berbagai media dapat dimodifikasi melalui internet.

Perkembangan teknologi yang semakin modern dan canggih ini bukan hanya memberi manfaat bagi penggunanya tapi juga menimbulkan pengaruh yang negatif bagi penggunanya, terutama bagi kalangan pelajar. Informasi-informasi atau situs-situs yang dapat diakses dari internet ada yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan tapi ada juga yang dapat merusak mental dari kalangan pelajar yaitu situs-situs porno. Begitu pula dengan jejaring sosial, jejaring sosial dapat menimbulkan kurang pekanya remaja dalam lingkungan terdekatnya karena mereka hanya terpaku dengan apa yang ada didalam gadget mereka.

Dengan adanya internet dan jejaring sosial yang dapat mempengaruhi sisi baik dan sisi jelek dari pengguna terutama dikalangan pelajar, maka dapat menarik perhatian kami untuk membahas topik ini, sekaligus menganalisis dampak media sosial terhadap pelajar. Pada esai ini penulis akan mencoba mengaitkan pengaruh internet dan media sosial bagi pelajar terhadap perilaku belajar berdasarkan teori perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson.

B. ISI / PEMBAHASAN DAN SOLUSI

Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan yang disebut dengan Theory of Psychosocial Develoment (teori perkembangan psikososial) di mana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson : 

1. Trust versus Mistrust (0-1 tahun)

Kepercayaan vs kecurigaan. Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope).

2. Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)

Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu. Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan  perlakuan yang kasar. Mereka melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi.

3. Initiative versus Guilt (3-6 tahun)

Inisiatif vs kesalahan. Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah.

4. Industry versus Inferiority (6-12 tahun)

Kerajinan dan ketidakmampuan. Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.

5.. Identity versus Role Confusion (12-18 tahun)

Identitas dan kekacauan identitas. Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi.

6. Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda)

Keintiman vs isolasi. Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.

7. Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah)

Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian.

8. Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir)

Integritas vs keputusasaan. Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa. (sumber: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/7029/5274/)

Dari 8 tahapan yang dikembangkan oleh Erik Erikson dapat diketahui bahwa seseorang mengalami perkembangan yang pesat pada tahapan Identity versus Role Confusion (12-18 tahun). Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Sehingga sangat berpengaruh terhadap perilaku belajar. 

Menurut Syah (Nusantara, 2013) ciri-ciri  perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar, yaitu: Perubahan intensional, perubahan yang terjadi dalam proses belajar merupakan suatu berkat dan juga pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung arti bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang terjadi dan juga dialami atau sekurang-kurangnya merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan seterusnya.

Selanjutnya, pada penelitian (Kartika Mariskhana, 2018) mengatakan bahwa media sosial berdampak secara persial terhadap motivasi belajar siswa disekolah. Motivasi siswa dapat menurun karena penggunaan situs jejaring sosial. Jika siswa menggunakan situs jejaring sosial dalam durasi yang tidak lama, maka kemungkinan besar waktu yang tersisa bisa digunakan untuk belajar. Namun sebaliknya, siswa yang mengabiskan waktunya lebih lama untuk menggunakan situs jejaring sosial, maka waktu untuk belajar akan berkurang banyak. Dalam hal ini, berkurangnya waktu belajar siswa akan mengakibatkan prestasi siswa menjadi kurang memuaskan. Perlu adanya pengawasan khusus bagi siswa yang menggunakan media sosial agar tidak terlena menghabiskan waktu hanya untuk bermain dengan akun pribadi di media sosial.

Penelitian (Setiastuti, 2012) juga mengatakan bahwa media sosial sangat mempengaruhi kepribadian yang menujukkan semakin introvert seseorang maka akan semakain aktif dimedia sosial sebagai pelampiasan. Akibat dari perubahan kepribadian ini akan sangat berpengaruh juga terhadap kreatifitas anak disekolah. Kebebasan penggunaan media sosial juga terdapat dampak positifnya seperti mempermudah mencari informasi tentang pelajaran, namun dampak negatifnya bisa membahayakan anak, akibatnya anak menjadi pemalas dan lupa waktu. Kemudian dalam penelitian Petter (Fitri, 2019) menjelaskan bahwa penggunaan media sosial dikaitkan dengan proses belajar di sekolah ada baiknya sekolah menyediakan website akademik media sosial lainnya yang mendukung proses belajar mengajar.

Menurut penulis penggunaan internet dan media sosial memang memiliki dampak positif namun penggunaan internet dan media sosial yang berlebih juga telah terbukti memang benar adanya akan berdampak negatif terhadap perilaku belajar siswa, perubahan perilaku tersebut berupa menurunnya motivasi belajar siswa dan mempengaruhi kepribadian yang menunjukan siswa menjadi introvert sehingga mengakibatkan pengaruh terhadap kreatifitas anak disekolah menjadi menurun. Sehingga solusi yang ditawarkan penulis adalah dengan adanya pengawasan khusus bagi siswa yang menggunakan media sosial agar tidak terlena menghabiskan waktu hanya untuk bermain dengan akun pribadi di media sosial.

C. KESIMPULAN 

Berdasarkan teori perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erikson. seseorang mengalami perkembangan yang pesat pada tahapan Identity versus Role Confusion (12-18 tahun).  Serta berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi penggunaan media sosial yaitu masih ada siswa yang tidak bisa membagi waktu belajar dan menjadikan media sosial sebagai tempat hiburan, serta relasi guru dan siswa yang harus lebih diperhatikan sehingga guru bisa memberikan penjelasan akan penggunaan media sosial yang baik. Bentuk perilaku belajar yang timbul pada saat siswa belajar di kelas yaitu siswa tidak fokus ketika guru sedang menjelaskan di kelas, asyik dengan dunia sendiri dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA 

Fitri, M. E. Y. (2019). Penggunaan Media Sosial Berdasarkan Perilaku Belajar Terhadap IPK. Jurnal Benefita. Vol 4. No 3.

Mariskhana, Kartika. (2018). Dampak Media Sosial (Facebook) dan Gadget terhadap Motivasi Belajar. Jurnal Perspektif. Vol. XVI. NO 2.

Nusantara, J. R. G. (2013). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler dan Perilaku Belajar Terhadap Prestasi Akademik Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IS di SMA Negeri 7 Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Setiastuti, Y. (2012). Aprehensi Komunikasi Berdasarkan Konteks Komunikasi dan Tipe Kepribadian Ekstrovert. Jurnal UMY. Vol 4. No 4.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun