Mohon tunggu...
Eka Feby Setiasari
Eka Feby Setiasari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi UIN

Dream

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Seorang Pendidik yang Memahami Psikologi Pendidikan

22 Oktober 2019   22:53 Diperbarui: 19 April 2021   11:03 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan secara tidak sadar sejak lahirpun kita sudah mendapatkan berbagai macam bentuk pendidikan. Oleh karena itu peran pendidik sangatlah berpengaruh karena pendidik adalah salah satu faktor terpenting dalam kelancaran pendidikan.

Di samping itu, menjadi seorang pendidik juga harus memahami arti penting psikologi pendidikan. Sebelum menginjak semakin dalam kita harus tau apa itu psikologi pendidikan, menurut Muhibbin Syah(2000:hal 13-15) Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi (atau boleh juga disebut subdisiplin psikologi) yang menyelidiki masalah-masalah psikologi yang terjadi dalam dunia pendidikan.

Lalu, hasil-hasil penyelidikan ini dirumuskan ke dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Alhasil, psikologi pendidikan dapat digunakan sebagai pedoman praktis, disamping sebagai kajian teoritis.

Namun kebanyakan seorang pendidik tidak terlalu memikirkan tentang hal itu. Pada kenyataan di lapangan masih ada beberapa pendidik yang belum pernah mempelajari ilmu psikologi pendidikan, karena ilmu tersebut diajarkan pada tingkat perguruan tinggi.

Tapi bukan berarti pendidik itu tidak mampu mendidik secara baik. Mereka hanya sekedar mengajar dengan sejumlah ilmu yang telah mereka pelajari. Dengan menggunakan metode yang sama saat mereka duduk di bangku sekolah dulu. Disitu diibaratkan peserta didik sebagai obyek pendidikan sedangkan pendidik sebagai subyek pendidikan.

Dalam jurnal Muhammad Ichsan, S.Pd.I, M.Ag yang berjudul psikologi pendidikan dan ilmu mengajar menyatakan ada banyak metode mengajar mulai dari yang paling tradisional sampai yang paling modern. Namun ada empat macam metode mengajar yang dominan dalam arti sering digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan formal.

Tiga dari empat metode mengajar tersebut bersifat khas dan mandiri, sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya. Metode campuran ini sebut saja "metode plus" bersifat terbuka artinya setiap guru yang profesional dan kreatif dapat memodifikasi atau merekayasa campuran metode tersebut sesuai dengan kebutuhan., yaitu:

1. Metode Ceramah 

Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini guru biasanya memberikan uraian mengenai topik (pokok bahasan) tertentu di tempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu. Metode ini adalah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah. Aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Meskipun begitu, para guru yang terbuka kadang-kadang memberi peluang bertanya kepada sebagian kecil siswanya. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Di samping itu, metode ini juga dipandang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa. Namun demikian, dari kenyataan sehari-hari ditemukan beberapa kelemahan metode ceramah tersebut, antara lain: 

(a) membuat siswa pasif. Dalam hal ini, timbul kesan siswa hanya sebagai objek yang selalu menganggap benar apa-apa yang disampaikan guru. Padahal, posisi siswa selain sebagai penerima pelajaran ia juga menjadi subjek pengajaran dalam arti individu yang berhak untuk aktif mencari dan memeroleh sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. 

(b) mengandung unsur paksaan kepada siswa. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak di samping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut self-direction (kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri). 

(c) menghambat daya kritis siswa. Hal ini karena segala informasi yang disampaikan guru biasanya ditelan mentah-mentah, tanpa dibedakan apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak. Dengan demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitas ranah ciptanya secara optimal.

2.  Metode diskusi                                                     

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi bersama. Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi (memberi rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. Dalam dunia pendidikan dewasa ini, metode diskusi mendapat perhatian besar karena memiliki arti penting dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan mengekspresikan pendapatnya secara bebas dan mandiri. Pada umumnya, metode ini diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar untuk: 

(1) mendorong siswa berpikir kritis; 

(2) mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas; 

(3) mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama; 

(4) mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama. 

Namun demikian, metode diskusi yang dari permukaannya tampak bagus dan sangat menjanjikan hasil belajar yang optimal itu, ternyata juga mengandung kelemahan-kelemahan, di antaranya: 

(a) Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa partisipan yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa lain untuk memberi kontribusi; 

(b) Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran pikiran menjadi asal-asalan dan bertele-tele; 

(c) Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.                 

3. Metode Demonstrasi                                         

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mempragakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan (meneladani) cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Banyak keuntungan psikologis pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain: 

(a) perhatian siswa dapat lebih dipusatkan; 

(b) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari; 

(c) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekaat dalam diri siswa. 

Seperti metode-metode lainnya, metode ini juga mengandung kelemahan-kelemahan, yakni: 

(a) mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk pengadaan alat-alat modern; 

(b) demonstrasi tak dapat diikuti atau dilakukan dengan baik oleh siswa yang memiliki cacat tubuh atau kelainan/kekurangmampuan fisik tertentu.                                                                 

4. Metode Ceramah Plus                                       

Metode ceramah plus tersebut dapat terdiri atas banyak metode campuran, seperti: 

(a) Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas,

(b) Metode ceramah plus diskusi dan tugas, 

(c) Metode ceramah plus demonstrasi dan pelatihan. 

Sebelum metode itu digunakan, guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memodivikasi atau menyesuaian metode ceramah, antara lain ialah dengan kiat pemaduan (kombinasi) antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya.

Berdasarkan metode-metode diatas seorang pendidik yang profesional harus mampu menerapkan metode apa yang paling tepat untuk para peserta didiknya sehingga peserta didiknya tidak akan merasa terbebani dengan cara mengajarnya. Serta pemahaman akan psikologis peserta didik oleh pihak pendidik memiliki pengaruh yang sangat dalam karena hal tersebut mencakup pembelajaran peserta didik yang sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi dan kebutuhan individu peserta didik, sehingga pembelajaran akan berjalan secara optimal dan maksimal.

Selain itu dengan mempelajari psikologi pendidikan juga akan banyak mendapatkan manfaat yaitu :

1. Mengetahui perbedaan individu dalam pembelajaran                                                             

Pada proses mendidik seorang pendidik memiliki tantangan dalam menilai perbedaan karakteristik setiap individu yang menjadi peserta didiknya, sehingga setiap pendidik diharapkan memiliki penilaian yang baik dalam membedakan karakteristik peserta didiknya. Dalam psikologi pendidikan seorang pendidik maupun calon pendidik akan mengetahui seluk beluk perbedaan karakter individu dalam belajar dan cara mengatasi setiap perbedaan karakter tersebut sehingga dengan mempelajari psikologi pendidikan baik seorang pendidik maupun calon pendidik mengetahui betul perbedaan karakter individu dan tidak bingung dalam menghadapinya.                                                       

2. Terhindar dari salah penilaian                       

Seorang pendidik yang mempelajari psikologi pendidikan juga akan memiliki kemampuan dalam menilai peserta didiknya dengan adil dan sesuai kaidah. Terkadang dalam praktik penilaian (evaluasi) seorang pendidik bisa saja menjadi subjektif atau hanya terpaku pada peserta didik yang menonjol saja akan tetapi hal ini berakibat buruk pada kelanjutan perkembangan peserta didik. maka dari itu mempelajari psikologi pendidikan membuat seorang pendidik mampu mendalami dan mengerti kemampuan masing-masing peserta didiknya. Sehingga kejadian pilih kasih dalam penilaian tidak akan terjadi dan penilaian secara adil bisa terwujud.     

3. Konseling                                         

Mempelajari psikologi pendidikan juga bermanfaat untuk pendidik. Salah satunya yang tak kalah penting yaitu konseling atau bimbingan. Pada psikologi pendidikan akan banyak dibahas masalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Sehingga seorang pendidik tidak hanya bisa mengajarkan materi dalam kelas tetapi juga bisa memberikan pengarahan atau bimbingan kepada peserta didiknya yang membutuhkan terkait masalah akademik. Selain bisa memberikan solusi terhadap peserta didiknya yang memiliki masalah akademik seorang pendidik juga dapat menjalin keterikatan sosial dengan peserta didiknya, selanjutnya bisa menciptakan suasana positif dalam kegiatan pembelajaran.                                                            

4. Membantu membuat rancangan media pembelajaran yang menarik.

Dengan mempelajari psikologi pendidikan seorang pendidik yang hendak menggunakan media pembelajaran pendukung di dalam kelas seperti LCD proyektor, speaker, poster maupun alat peraga lainnya, bisa memilih media pembelajaran yang bisa menarik perhatian peserta didiknya (sesuai dengan kondisi peserta didiknya) serta menciptakan suasana belajar dalam kelas yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan agar pendidik yang memilih menggunakan dukungan media pembelajaran tidak salah pilih serta media yang digunakan bisa mewakili materi yang disampaikan sehingga tujuan belajar yang menyenangkan serta ilmu yang disampaikan bisa di terima oleh peserta didik dengan baik.(sumber:      https://manfaat.co.id/manfaat-mempelajari-psikologi-pendidikan)            

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai pendidik atau calon pendidik, sebaiknya kita tidak hanya menguasai materi pelajaran saja, akan tetapi juga harus bisa mengelola sekolah dan mempunyai pengetahuan pelengkap seperti psikologi pendidikan, agar mengetahui minat dan kebutuhan yang sesuai pada tahap perkembangan peserta didiknya. Walaupun belum pernah mempelajari psikologi pendidikan pendidik bisa mengajar dengan menggunakan insting dan pengalamannya, mengenai tindakan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi permasalahan di sekolah. Dan akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengetahuan mengenai psikologi pendidikan, yang bisa diperoleh dari perpustakaan, website, seminar, dan lain-lain.(sumber:http://kumpulan-jurnal-keren.blogspot.com/2015/01/jurnal-tentang-psikologi-pendidikan.html?m=1)

Daftar Pustaka                                                                                                                
Ichsan, Muhammad. (2016). Jurnal Edukasi, Psikologi Pendidikan Dan Ilmu Mengajar,  Vol 2, Nomor 1, Januari 2016                                                                   Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, Cet. XV, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun