"Tempat ini masih seperti dulu ya? Tak ada yang berubah," suara itu kembali terdengar, seolah menemaninya dalam kerinduan.
"Iya, nggak ada yang berubah," Sheila berkata sambil memerhatikan sepasang suami istri yang sedang sibuk menata koper mereka di konter check-in.
"Pelukan perpisahan, air mata yang jatuh, dan wajah-wajah penuh harapan... semua selalu sama. Tapi kamu tahu, aku nggak pernah bosan melihatnya."
Sheila menghela napas pelan, memandang antrian di depan konter check-in yang seolah tak pernah habis.
"Aku rindu momen-momen ini. Dulu, kita sering duduk bersama, menyaksikan orang-orang datang dan pergi, merasakan energi yang begitu intens di setiap sudut bandara."
Di tengah percakapan mereka, perhatian Sheila tertuju pada sepasang kekasih di ujung terminal. Sang wanita tampak terisak pelan, air matanya jatuh di bahunya sementara pria yang bersamanya menatap penuh kesedihan. Pria itu dengan lembut mengusap punggung wanitanya, mencoba menghibur meski tampak jelas betapa sulitnya perpisahan itu.
Tanpa sadar, ingatan Sheila melayang pada adegan dari film Ada Apa Dengan Cinta---adegan ikonik ketika Cinta berlari mengejar Rangga di bandara, dengan seluruh perasaan dan keberanian yang terkumpul dalam satu tindakan penuh cinta.Â
Saat itu, Cinta berhasil menyusul Rangga, mengungkapkan perasaannya, lalu berakhir dengan ciuman yang mewakili semua perasaan yang selama ini tak terucap.
Sheila tersenyum kecil, lalu berkata pelan, "Aduh, ini mengingatkanku pada Cinta dan Rangga. Mereka berdua juga pernah terjebak di momen seperti ini, di bandara. Aku bisa merasakan cinta mereka, meskipun dalam keheningan."
"Kamu tahu, adegan itu selalu membuatku merasa seolah waktu berhenti sebentar. Sama seperti momen ini."
Pasangan itu terus larut dalam perpisahan yang penuh emosi. Si wanita berusaha menahan air matanya, sementara pria itu menatapnya dengan intens, seolah tidak ingin melepaskan.Â