Mohon tunggu...
Eka Dharma Saputra
Eka Dharma Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Kompasioner - ASN - Veterinarian

Bapak 2 anak yang ingin belajar dan berbagi manfaat lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tagar #Desperate: Refleksi Kegagalan Sistem Pendidikan atau Tantangan Realita Dunia Kerja?

9 Oktober 2024   10:58 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:05 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah terpikir, kenapa makin banyak lulusan baru menggunakan tagar #Desperate di LinkedIn?

Apa yang terjadi sampai mereka merasa harus mengungkapkan keputusasaan secara terbuka di platform profesional seperti itu? Apakah ini hanya ekspresi frustasi atau ada sesuatu yang lebih dalam? 

Mungkin kita sedang melihat masalah yang jauh lebih besar: kegagalan sistem pendidikan dalam menyiapkan lulusan baru untuk menghadapi kerasnya realitas dunia kerja.

Pendidikan yang Tidak Siap Menghadapi Pasar Kerja: Apa yang Salah?

Sistem pendidikan kita, dengan segala kurikulumnya yang padat teori, sepertinya masih jauh dari apa yang dibutuhkan di lapangan. Mahasiswa menghabiskan bertahun-tahun di kelas, belajar berbagai teori dan konsep, tetapi saat tiba waktunya untuk mencari kerja, banyak yang merasa seperti "ikan di luar air." 

Kesenjangan antara apa yang dipelajari di kampus dan apa yang sebenarnya dicari oleh perusahaan sangat terasa.

Kita sering mendengar keluhan dari pencari kerja muda bahwa meski telah lulus dengan nilai yang baik, mereka tetap kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Kenapa bisa begitu? 

Salah satu jawabannya mungkin karena keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja sering kali tidak ditekankan dalam pendidikan formal. Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, dan berpikir kritis jarang masuk dalam prioritas utama kurikulum. 

Akibatnya, lulusan baru masuk ke pasar kerja dengan "gelar," tetapi tidak selalu dengan keterampilan yang siap pakai.

Harapan Vs. Realita: Mimpi Lulusan Baru dan Kenyataan di Lapangan

Banyak lulusan baru yang bermimpi segera mendapatkan pekerjaan keren dengan gaji menggiurkan setelah lulus. Harapan yang tinggi ini sering terbentuk karena stereotip tentang lulusan perguruan tinggi yang dianggap pasti sukses. 

Namun, kenyataannya berbeda jauh. Persaingan kerja makin ketat, posisi yang diinginkan sulit didapat, dan tawaran gaji untuk fresh graduate kadang tidak sebanding dengan ekspektasi.

Statistik menunjukkan peningkatan angka pengangguran di kalangan lulusan baru. Bahkan, banyak yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusannya hanya demi mendapatkan penghasilan. 

Fenomena ini semakin mempertegas bahwa pendidikan formal tidak selalu menjamin kesuksesan dalam mencari pekerjaan. Dan di sinilah tagar #Desperate mulai muncul sebagai simbol dari kekecewaan kolektif para lulusan muda yang merasa dikhianati oleh sistem yang katanya akan membawa mereka ke puncak karier.

Apakah Sistem Pendidikan Harus Berubah?

Pertanyaannya sekarang, apakah sistem pendidikan kita yang salah, atau dunia kerja yang terlalu menuntut? 

Mungkin jawabannya adalah keduanya. Di satu sisi, sistem pendidikan kita memang masih sangat teoritis dan jarang beradaptasi dengan kebutuhan industri yang berubah cepat. Sebagian besar kurikulum tidak fleksibel dan kurang relevan dengan tantangan dunia nyata. 

Misalnya, sedikit sekali kampus yang secara aktif bekerja sama dengan industri untuk merancang program magang atau proyek kolaboratif yang dapat mengasah keterampilan praktis mahasiswa.

Namun, di sisi lain, pasar kerja juga terus berubah, dan sering kali lebih cepat daripada yang bisa diimbangi oleh institusi pendidikan. Inilah sebabnya mengapa lulusan baru perlu lebih proaktif dalam mencari pengalaman tambahan di luar kampus, seperti mengikuti kursus online, magang, atau proyek-proyek freelance yang bisa membantu mereka membangun portofolio sebelum lulus.

Kegagalan Sistem atau Kegagalan Pribadi?

Di titik ini, kita mungkin bertanya-tanya: Apakah kegagalan ini sepenuhnya tanggung jawab sistem pendidikan, atau ada faktor individu yang juga mempengaruhi? 

Meski benar bahwa pendidikan formal memiliki peran besar dalam menyiapkan lulusan, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap pentingnya inisiatif pribadi.

Dunia kerja saat ini tidak hanya menuntut keterampilan teknis, tetapi juga mentalitas tangguh. Ketahanan mental, inisiatif, dan kemampuan beradaptasi sangat penting di tengah ketidakpastian. 

Jadi, jika sistem pendidikan tidak memberikan cukup bekal, lulusan baru perlu lebih berusaha untuk mengembangkan diri. Jangan hanya menunggu pekerjaan datang, tetapi buatlah peluang dengan cara berinovasi dan terus belajar.

Solusi Praktis untuk Pencari Kerja yang Putus Asa

Bagi para pencari kerja yang mungkin merasa keputusasaan mulai menyelimuti, ada beberapa langkah yang bisa diambil. 

Pertama, jangan bergantung sepenuhnya pada ijazah atau gelar akademis. Luangkan waktu untuk belajar keterampilan baru melalui kursus online atau pelatihan singkat yang relevan dengan industri yang kamu incar.

Kedua, bangun portofolio yang solid. Portofolio bisa berupa proyek-proyek yang pernah dikerjakan, magang, atau kontribusi freelance. Ini bisa menjadi bukti nyata dari kemampuanmu, lebih dari sekadar angka IPK. 

Ketiga, perluas jaringan profesionalmu. Terlibatlah dalam komunitas industri dan hadir di acara-acara networking, baik online maupun offline, untuk memperbesar peluang kamu dilirik oleh perusahaan.

Kesimpulan

Tagar #Desperate di LinkedIn mungkin lebih dari sekadar keluhan pencari kerja yang frustrasi. Ini adalah sinyal bahwa ada masalah sistemik dalam cara kita menyiapkan lulusan baru untuk menghadapi dunia kerja. 

Kesenjangan antara pendidikan formal dan kebutuhan industri sangat nyata, dan jika tidak segera diatasi, kita akan terus melihat generasi muda yang merasa kehilangan arah.

Namun, meski demikian, pencari kerja juga perlu menyadari bahwa keberhasilan di dunia kerja tidak hanya bergantung pada sistem pendidikan. Ada peran penting yang bisa dimainkan oleh individu untuk terus mengembangkan diri, beradaptasi dengan perubahan, dan menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang ada.

Jadi, apakah #Desperate mencerminkan kegagalan pendidikan atau tantangan pribadi? Mungkin keduanya. Tapi yang pasti, perubahan harus dimulai, baik dari sisi sistem maupun dari diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun