“Sudah lama, Ran?” tanya Bimo.
Perempuan yang tidak lain adalah Khaerani itu mengangguk. “Aku sudah selesai berdoa, sekarang aku mau pulang. Silakan kalau kalian akan berdoa. Khaerani bermaksud melangkah pergi, tapi tiba-tiba Bagas menarik tangannya.
“Kenapa tidak menunggu kami saja, biar bisa pulang bersama? Toh, kami tidak akan lama. Betulkan Bim?”
“Iya,” jawab Bimo sambil memperhatikan pegangan tangan Bagas terhadap tangan Khaerani.
“Terima kasih. Aku bisa pulang sendiri, kata Khaerani sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Bagas, karena menyadari Bimo memperhatikannya.
Khaerani melangkah kembali setelah Bagas melepaskan pegangan tangannya. Tapi baru dua langkah, tiba-tiba berhenti. Khaerani nampak terkejut oleh kedatangan dua orang wanita yang sedang berjalan ke arahnya, ke makam Bayu. Begitu juga dengan Bimo. Bagas hanya diam dan berusaha menebak siapa dua wanita yang baru saja datang tersebut yang membuat Khaerani dan Bimo terkejut. Apalagi Khaerani yang wajahnya berubah tegang dan sedikit menundukkan kepalanya. “Apa wanita ini...” benaknya sambil memperhatikan wanita berkerudung hitam dengan renda-renda dipinggirnya yang baru datang tersebut dan nampak jauh lebih tua dibanding wanita satunya lagi yang juga memakai kerudung hitam namun tidak berenda.
“Kalian sudah lama disini?” kata wanita yang lebih tua itu kepada Bimo dan Khaerani, dan mengangguk kecil sambil tersenyum tipis kepada Bagas.
Khaerani menjawab kalau dia baru saja akan pulang dan Bimo menjawab baru saja datang. Bimo kemudian berbisik kepada Bagas kalau wanita yang lebih tua itu adalah ibunya Bayu sedangkan yang satunya lagi kakak Bayu.
Wanita yang lebih tua itu mendekati Khaerani. “Rani, ibu minta kamu jangan pulang dulu, tunggu ibu, ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu.”
“Iya Bu.”