Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurat Senja Merah (Bagian 25)

5 April 2016   07:33 Diperbarui: 5 April 2016   08:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Bu Lek,” kata Amir lirih.

“Ya, kenapa Mir?” Khaerani membopong Amir dan meletakannya dipangkuannya kemudian mengusap rambutnya dengan lembut. Bagas dan Bimo nampak memperhatikannya.

“Bu Lek, nanti malam, Amir tidur sama Bu Lek atau sama simbah kakung yah?”

            “Iya, nanti malam Amir tidur sama Bu Lek. Tapi kenapa Amir jadi sedih begini?”

            “Amir takut, Bu Lek.”

            “Takut apa?”

            “Takut, kalau nanti adik Amir lahir, bapak dan ibu tidak sayang lagi sama Amir!”

            Khaerani tersenyum, kemudian memeluk kemenakannya tersebut dengan erat. “Siapa yang bilang begitu? Bapak sama ibu pasti sayang Amir juga adik Amir. Ketika adik Amir nanti lahir, bapak sama ibu mungkin akan lebih perhatian sama adik Amir, tapi bukan berarti mereka tidak sayang lagi sama Amir. Adik bayi, kan masih kecil, belum bisa apa-apa. Belum bisa mandi sendiri, minum sendiri, makan sendiri, ganti baju sendiri dan juga belum bisa ngomong inginnya apa, jadi harus dibantu sama bapak dan ibu. Kalau Amir, kan sudah besar, sudah bisa ngomong kepinginnya apa, sudah bisa melakukan semuanya sendiri.”  Amir nampak terdiam mendengarkan.

           

“Betul, apa yang dikatakan Bu Lek Rani itu, Mir,” kata Bagas tiba-tiba sambil bangkit dan duduk disamping Khaerani dan membelai kepala Amir. Khaerani sontak terkejut dengan Bagas yang duduk sangat dekat dengan dirinya hingga lengan mereka bersentuhan, apalagi saat itu Bimo juga memperhatikannya. “Itu menandakan Amir sudah gede,” kata Bagas kemudian, tidak mempedulikan reaksi keterkejutan Khaerani juga sepupunya. “Bapak dan ibu pasti sayang sama Amir, walaupun Amir sudah gede dan punya adik kecil. Contohnya Mas Bimo, dia punya adik perempuan, Mbak Mutiara, Amir kenal kan?” Amir mengangguk. “Sampai sekarang, bapak dan ibunya Mas Bimo masih sayang sama Mas Bimo. Betul kan, Bim?”

            “Iya, betul apa yang dikatakan Mas Bagas Mir. Mana ada orang tua yang tidak sayang sama anaknya sendiri,” kata Bimo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun