Mohon tunggu...
Awan Ebadi
Awan Ebadi Mohon Tunggu... Freelancer - murid yang mencari guru

Suka membaca, tertarik pada segalanya yang membutuhkan pemikiran. Gak suka jengkol dan pete.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Luis Mila Pun Tersenyum pada Shin Tae-yong

18 Januari 2023   09:26 Diperbarui: 18 Januari 2023   09:34 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak dari pendukung timnas yang menginginkan STY diperpanjang kontraknya, tidak mengetahui bagaimana awal kisah STY dikontrak oleh PSSI.

Kita tau sama tau, bahwa jabatan ketum di PSSI ini kerap kaitannya sebagai katrol karir politik seseorang. Sepakbola adalah olahraga yang digandrungi mayoritas masyarakat Indonesia. Hampir 300 juta jumlah penduduk Indonesia, bisa dikatakan 50% nya adalah penyuka sepakbola. Dari 50% itu ada 20-30% yang mendukung timnas. Dengan jumlah 30-50 juta orang, pastinya akan menarik tokoh2 ternama mau mendaftarkan diri menjadi ketum, sambil berhitung karir politik apa setelah sukses sebagai ketum PSSI.

Yap, menjadi ketum PSSI memang bukan pekerjaan mudah. Nanun jika berhasil dan sukses membawa perubahan dalam sepakbola nasional, namanya akan dikenang dan dijadikam pahlawan. Karena PSSI sangat minim prestasi.

Dari dulu sosok ketum baru selalu membawa misi timnas harus bisa membawa gelar juara. Sasarannya adalah Sea Games dan AFF, menyasar sasaran lain seperti piala asia, itu sama aja mengejar matahari.

Demikian halnya dangan Iwan Bule, sesaat setelah ia terpilih sebagai ketum PSSI. Maka pekerjaan utamanya adalah mencari pelatih untuk timnas. Prestise mencari pelatih timnas ini gak main2. Sosok ketum harus bisa menaikkan namanya dengan kadidat pelatih yang punya nama.

Di kantong Iwan Bule ada 2 nama, yang pertama adalah Luis Mila dan yang kedua adalah STY. Mungkin ada yang bertanya, kenapa nama Luis Mila dimasukkan sebagai kandidat, bukankah ia telah gagal sebagai pelatih timnas sebelumnya?

Luis Mila pergi dengan membawa konflik dengan PSSI sebelum era Iwan Bule. Jika menilai kerjanya, pastinya masyarakat bola ingat bagaimana perubahan besar dalam sepakbola kita, ketika permainan operan pendek begitu padu saat dikombinasikan dengan kecepatan pemain kita yang memang punya karakter yang udah diketahui lawan.

2 tahun LM di timnas, ia harus pergi karena carut marut masalah administrasi PSSI yang lama. Oleh karena itu Iwan Bule memasukkan nama LM sebagai kandidat, selain nama STY yang disodorkan oleh Ratu Tisha.

Sebagai ketum, target Iwan Bule bersama PSSI barunya adalah bagaimana timnas bisa juara dan persembahkan piala pada masyarakat. Dan gak muluk2 keinginan Iwan Bule dan Tim, hanya juara AFF saja. Keinginan yang wajar, karena sebelumnya kita telah 6x masuk final di AFF.

Saat keinginan itu disampaikan pada LM dalam sesi tes wawancara, LM langsung terdiam. Dia menyatakan tidak mau berjanji bisa bawa timnas juara AFF. LM mengatakan itu karena sudah tau dengan sepakbola nasional, terutama timnas. Dia pernah 2 tahun memegang timnas dan mengetahui banyak soal perkembangan sepakbola nasional melalui klub2 lokal yang mentas di liga nasional.

Karena beliau tau DAPUR sepakbola kita, LM tidak berani menjamin bisa juara AFF andai dia ditunjuk sebagai pelatih timnas.

Kemudian PSSI juga melakukan tes wawancara pada STY, pertanyaan yang sama diberikan pada STY, "bisakah membawa timnas juara AFF?". Secara mengejutkan STY menyanggupi permintaan tsb dan menjanjikan hal itu akan terwujud jika ia benar ditunjuk.

Sampai disini, apakah ada yang mengerti perbedaan LM dan STY dalam menerima tawaran dari PSSI?

Banyak kalangan yang berkata, jika Mourinho atau Carlo Ancelotti ditawarkan melatih timnas dengan pertanyaan  bisakah membawa timnas juara AFF. Kira-kira Mourinho dan Ancelotti akan mengikuti cara LM atau langsung menyanggupi seperti cara STY?

Pelatih kelas dunia pastinya tidak akan serampangan menerima tawaran yang masuk padanya. Sebelum menyatakan setuju, pastinya ia akan melakukan observasi mendalam atas negara yang menawarkan pekerjaan padanya. Ia lihat dulu bagaimana perkembangan sepakbola negara tersebut, dia cek melalui pemberitaan dan juga menyaksikan tayangan liga di negara tersebut sembari melihat apa saja permasalahan liga nya. Dia akan lihat juga bagaimana perkembangan timnas negara tersebut dan pencapaian prestasinya.

Merujuk pada keinginan juara AFF, pelatih kelas dunia yang ditawarkan oleh PSSI pastinya juga akan melihat bagaimana persaingan di AFF, siapa negara yang dianggap kuat dan bagaimana perkembangan sepakbola mereka untuk membandingkan dengan perkembangan sepakbola Indonesia.

Setelah melakukan observasi, barulah memutuskan akan menerima atau tidak tawaran PSSI dengan syarat bisa membawa timnas juara AFF.

Jika Mourinho atau Ancelotti melakukan observasi terlebih dahulu, apakah mereka mau menerima tawaran PSSI saat tau bahwa iklim sepakbola kita seperti saat ini? Cara LM atau cara STY yang akan diikuti oleh Mourinho atau Ancelotti?

Saya kadang suka ketawa ketika membaca kalimat sakti, bahwa sekelas Pep Gurdiola atau Mourinho pun gak akan bisa bawa timnas juara jika pengelolaan sepakbola kita seperti ini". Kenapa saya ketawa? Ya bakalan ketawa, seolah Pep dan Mou serendah itu mau melatih timnas Indonesia dengan iklim sepakbola seperti ini. Pastinya mereka akan menolak tawaran PSSI.

STY berbeda, mendapat predikat pelatih kelas dunia namun menerima tawaran PSSI dengan keyakinan bisa bawa juara AFF. Pertanyaan saya, apakah STY sudah melakukan observasi sebelum menyatakan setuju dengan PSSI?

saya anggap sudah, karena diakan pelatih kelas dunia. Pastinya dia telah mengetahui bagaimana sepakbola kita dijalankan, bagaimana kualitas pemain kita yang pernah ia katakan bahwa kualitas pemain kita sejajar dengan pemain Korea Selatan. Atas dasar itulah dia menjamin timnas bisa juara AFF pada ketum PSSI.

Ketika seorang pelatih telah meyakini timnya akan menjuarai suatu kejuaraan, menandakan dia telah tau kemampuan pemainnya dan yakin untuk bisa menjuarai sebuah event.

Setelah 2x panggung AFF diikuti STY bersama timnas, PSSI pun melakukan evaluasi pada diri STY terkait pekerjaannya yang gagal menunaikan janji juara AFF saat akan dikontrak PSSI. Apa jawab STY saat ditanya mengapa gagal oleh Dirtek Indra Sjafri sebagai pihak yang mengevaluasi kerjanya?

"Kualitas pemain timnas kurang bagus.."

Luis Milla pastinya tersenyum dengan alasan STY ini. Luis Milla pernah diwawancara oleh wartawan mengapa tidak terpilih menjadi pelatih timnas,  saat melakukan tes wawancara bersama PSSI yang juga melakukan tes wawancara dengan STY. Apa kata LM kala itu pada wartawan..

"Jika ada pelatih yang berani menjamin bisa juara, maka ia sedang berbohong".

Saya yakin LM akan tersenyum dengan jawaban STY saat mengatakan kualitas pemain kita tidak bagus, yang menyebabkan timnas gagal juara. Karena kualitas inilah yang menyebabkan LM tidak berani menjanjikan juara AFF pada PSSI, dia tau karena dia telah melatih timnas selama 2 tahun dan dia tau bagaimana perkembangan sepabola nasional.

Sedangkan STY, belum pernah melatih timnas Indonesia, belum tau banyak bagaimana iklim sepakbola nasional. Namun menjanjikan timnas bisa juara AFF. Dan setelah menjalaninya, di kesempatan AFF nya yang terakhir, barulah STY berkata bahwa kualitas pemain kita tidak bagus.

Andai dulu saat diwawancara PSSI dia melakukan pengamatan langsung dan mencari tau bagaimana perkembangan sepakbola kita, saya pikir STY akan mengikuti cara LM dalam menerima tawaran PSSI. Tidak akan sesumbar dan berkoar bisa juara AFF, tapi ketika gagal pemainlah yang disalahkannya.

Saya pikir STY terlalu banyak kekurangannya. Dari awal ia dikontrak sudah salah dalam menerima syarat PSSI. Kita tau bahwa juara akan susah didapatkan ketika sepakbola kita masih jalan ditempat. Namun dengan keterlibatan STY dalam keinginan PSSI untuk juara, menandakan STY adalah bagian sindikat yang inginkan juara dalam proses singkat.

Jika kita mengecam PSSI saat ini karena tiada  perubahan yang dilakukannya pada sepakbola nasional, jika kita sadar bahwa siapapun pelatihnya tidak akan bawa juara saat perkembangan sepakbola kita begini. Kita pun harusnya berkaca diri, bahwa STY masuk dalam pihak yang kita tunjuk tidak cakap mengurus sepakbola di negara ini.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun