Mike memukul stir mobil dengan kencang. Ia merasa menjadi ayah yang buruk. Sangat buruk. Beberapa kali ia memanggil nama Ghea. Namun tidak ada tanda-tanda akan kehadirannya. Ia ingin meminta maaf dengan tulus. Kemudian tiba-tiba saja Mike terpikirkan tentang suatu tempat. Ya itu adalah tempat kejadian meninggalnya Ghea.
Segera Mike putar kemudinya ke tempat itu. Perasaan bersalah itu sungguh menghantuinya. Ia tidak terpikirkan untuk lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Andai saja ia tahu. Air mata kini turun dari sudut matanya. Meratapi kebrengsekannya selama ini. Ia sempatkan membeli sebuket bunga untuk mengenang sosok wanita yang selalu hadir di saat-saat senang dan sulit dalam hidupnya selama ini.
Sesampainya ia di tempat yang dituju. Mike begitu terkejut manakala melihat sosok gadis yang sedari tadi ia panggil ternyata juga berada di tempat ini. Gadis itu terduduk sambil menangis. Seolah meratapi nasibnya yang tragis. Mike segera berjalan memeluk gadis itu. Instingnya seolah mengambil alih tubuhnya. Tidak seperti biasanya, gadis yang transparan dan dapat ditembus itu kini dapat direngkuh olehnya.
"Mike aku tahu sekarang, kenapa aku tidak bisa kembali ke alamku. Aku tidak bisa kembali karena aku, karena aku..."
"Ssstttt.... Udah. Jangan diterusin ya. Aku udah tahu." ucap Mike memotong ucapan Ghea.
Malam itu, suasana di jalan itu begitu sepi dan dingin. Seolah semesta ikut berduka karena mereka.
"Mike ada yang mau aku tunjukin ke kamu. Barangnya ada di semak-semak itu." kata Ghea sambil menunjuk ke arah semak-semak.
Mike mengikuti arah telunjuk Ghea. Ia mengais-ngais semak hingga akhirnya ia menemukan sebuah kotak yang kini tampilannya sudah lusuh. Segera ia buka kotak itu dan menemukan sebuah foto-foto USG bayi yang dikandung oleh Ghea. Tangan Mike bergetar. Dadanya sesak. Air mata itu kembali turun dari sudut matanya. Ia tidak pernah ingin menjadi pria brengsek. Bahkan seandainya ia tahu Ghea hamil, ia bersedia untuk bertanggung jawab.
"Ghea maafkan aku. Sungguh. Aku tahu, selama ini aku telah menjadi pria brengsek yang bahkan bisa membunuh anaknya sendiri." Mike mendekap foto-foto itu dengan erat. Ia terisak.
"Tidak Mike, kamu salah. Selama ini kamu selalu memberi kebahagiaan untukku. Terima kasih Mike. Berkatmu, kini aku bisa kembali ke alamku dengan tenang. Anak kita juga pasti sudah tenang disana. Cahaya putih itu mulai mendekat. Sepertinya waktuku untuk berada di dunia ini sudah berakhir. Selamat tinggal Mike. Aku mencintaimu." ucap Ghea sembari mengayunkan tangannya. Air mata tampak merembes dari sudut matanya.
Mike berusaha mengejar Ghea yang kini mulai menghilang menjadi serpihan cahaya putih. Mike meminta maaf sambil terus terisak. Ia masih memeluk foto USG bayinya. Malam itu ia meratapi sikapnya yang tak pernah baik pada Ghea. Ia pulang dengan perasaan hampa. Segala kenangannya bersama Ghea kini datang, tumpang tindih memenuhi pikirannya.