Mohon tunggu...
Eka MP
Eka MP Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis - Blogger

Pecandu Teh dan Penikmat Buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Candenza di Ujung Simfoni

10 Maret 2020   20:53 Diperbarui: 10 Maret 2020   20:55 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa kau sudah siap?”  
Seseorang bertanya kepadanya, membuatnya fokusnya beralih. “Ya, aku siap”.

Orang itu mengangguk dan meninggalkannya sendirian lagi. Pagelaran simfoni membutuhkan banyak pemain dan alat musik. Situasi di belakang panggung sebelum pementasan hiruk pikuk. Beberapa musisi berlatih bersama menyesuaikan nada, sementara yang lainnya sibuk merapikan penampilan atau hanya mondar-mandir berusaha mengatasi kegugupan.

Tak ada yang memerhatikannya diam di sebuah sudut gelap berusaha mengumpulkan semua kekuatannya untuk pementasan pembukaan malam itu. Berusaha mengatur jari-jarinya agar mau bekerjasama.

Malam ini begitu penting karena sebuah Cadenza membutuhkan pemain piano yang bisa mewujudkan karya itu dalam harmoni sepenuh jiwa. Hanya dia dan satu orang lain yang paling memahaminya. Satu orang terpenting yang seharusnya ada di sini memenuhi janjinya.

Dante, promotor  pagelaran musik ini memanggilnya tadi. “Ayahnya menelepon kalau dia sudah pergi untuk selamanya. Kecelakaan merenggut nyawanya sebelum sampai ke sini.” Tulang di tubuhnya seperti tak kuat lagi menyangga beban, tubuhnya lemas.  

Suara Dante serak menahan kesedihan. “Lakukan yang terbaik. Persembahkan malam ini untuk mengenangnya.”

Ketika jemarinya memulai nada pertama air matanya pun luruh. Dia tak menyadari kalau semuanya sudah selesai hingga terdengar suara tepuk tangan bergemuruh menggema di langit-langit gedung pertunjukan.

Dengan sisa kekuatan dia berdiri dan memberi hormat. “Apakah kau tahu rasanya mencintai dan membenci secara bersamaan?” Sekarang, di hadapan ratusan penonton dia tahu jawabannya. Dia tahu rasanya mencintai selama hidupnya dan membencinya karena pergi tiba-tiba seperti ini. Selamat jalan Daniswara Lokananta. Sampai bertemu lagi, Cinta.
 

Cerpen ini merupakan akhir dari estafet tiga tulisan grup Penulis Bahagia. Sebelumnya sudah ada mas Topik Irawan dan Refika Artari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun