Mohon tunggu...
Eha AunirrahmanBasya
Eha AunirrahmanBasya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

bermain dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Broken Home, Masalah Nyata yang Dialami

6 April 2023   11:38 Diperbarui: 6 April 2023   11:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Broken home sering dikaitkan dengan rumah tangga yang rusak, dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis. Adapula yang menggambarkan sebagai keluarga yang terpisah atau tidak lagi hidup bersama dalam satu atap. Ada banyak hal yang menyebabkan broken home, mulai dari pertengkaran, kekerasan, perpisahan anggota keluarga, ataupun juga perceraian.

Apabila orang tua sering bertengkar hingga melakukan tindakan kekerasan kepada pasangan maupun anak, maka akan berdampak kepada psikis sang anak. Dengan terganggunya psikis sang anak tersebut,maka akan berpengaruh pada pertumbuhan psikisnya ke depan. Broken home juga bisa timbul karena keluarga mengalami konflik, pengabaian,hingga perilaku buruk.Keluarga mengalami konflik disebut dengan keluarga disfungsional yang menyebabkan gangguan emosional pada anggota keluarga di dalamnya.Dampaknya keluarga disfungsional adalah mengakibatkan penelantaran hingga pelecehan terhaap anak.Dapat disimpulkan  bahwa broken home adalah kondisi anggota keluarga yang tidak utuh,jauh dari rukun dan sejahtera.Kondisi inni kemudian berdampak pada hubungan dan kasih sayang pada anak-anak.

Ciri-ciri broken home

Saat seorang anak harus tumbuh di dalam keluarga broken home, bukan tidak mungkin mereka akan tumbuh menjadi berbagai macam stereotip tentang ciri anak broken home yang marak disebutkan sejumlah masyarakat.Berikut ciri-ciri broken home mengutip dari  Popmama.com:

1.Sulit percaya dengan orang lain

Ciri yang dapat dilihat dari anak broken home adalah, sulit memercayai orang lain yang ada di sekitarnya. Mengapa demikian? Sebab, anak yang tumbuh di keluarga broken home merasa orangtua yang selama ini dipercaya, justru telah membuatnya kecewa karena telah membohonginya. Tak heran jika anak yang broken home akan lebih sulit memercayai orang lain, bahkan keluarga atau teman terdekatnya sekali pun.

2.Kurang menghargai diri sendiri

Saat anak merasa tidak dihargai oleh Mama maupun Papanya, maka akan menimbulkan refleksi pada dirinya sendiri. Ini akan membuat anak juga tidak bisa menghargai dirinya sendiri.

Itulah mengapa anak broken home lebih masa bodo dengan dirinya dan berakhir membuat anak tidak menghargai diri sendiri. Hal ini karena ia pun merasa tidak dihargai oleh orangtuanya sendiri.

3.Posesif

Anak broken home juga biasanya memiliki sifat yang posesif. Ini bisa dilihat dari lingkungan pertemanan, maupun percintaannya.

Bukan tanpa alasan, anak broken home menjadi lebih posesif karena mereka haus akan kasih sayang yang tidak didapat dari orangtuanya.

Mereka akan merasa ketakutan jika teman atau orang yang ia cintai akan pergi meninggalkannya, sama seperti orangtuanya yang berpisah dan membuat kecewa.

4.Takut dibohongi

Melanjutkan pernyataan sebelumnya yakni sulit memercayai orang lain, anak broken home juga memiliki ketakutan berlebih akan dibohongi oleh orang sekitarnya.

Hal ini karena anak yang broken home selalu melihat bagaimana orangtua membohonginya untuk menutupi semua permasalahan yang membuat anak berakhir kecewa.

5.Selalu menyembunyikan perasaannya

Tidak seperti anak pada umumnya, anak broken home lebih banyak memendam perasaannya agar orang lain tidak mengetahui perasaan mereka yang sebenarnya.

Ketika orang lain dapat dengan mudah berbagi cerita untuk meringankan sedikit pikiran mereka, justru anak broken home akan menutupi semuanya agar orang lain tidak melihat kesedihan yang sedang mereka rasakan.

6.Tidak punya identitas diri yang kuat

Anak broken home umumnya akan membandingkan hidupnya dengan teman sebayanya yang jauh lebih beruntung dan bahagia. Hal inilah yang membuat seorang anak broken home tidak memilki identitas diri yang kuat.

Sehingga mereka akan lebih mudah merasa depresi dan frustasi dalam menjalani hidupnya. Sebab menurut mereka, kehidupan mereka tidak bisa sebahagia temannya yang memiliki keluarga harmonis dan saling melengkapi.

7.Rasa cemas atau khawatir berlebih

Anak yang broken home juga cenderung memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi dari anak biasanya. Mereka akan merasa cemas dan terancam akan suatu masalah yang sedang mereka hadapi.

Hal ini karena anak broken home tidak atau kurang mendapat dukungan dari orangtua. Sehingga, wajar bagi mereka jika merasa tidak semangat dan takut untuk melakukan suatu pekerjaan.

Itulah ciri anak broken home yang perlu diketahui. Alih-alih menghakimi, sebaiknya berikan perhatian lebih untuk mengobati luka di hatinya agar mereka jauh lebih semangat menjalani hidup.

Anak broken home bukan akhir dari segalanya kok, Ma. Banyak anak yang tumbuh di keluarga broken home, tetapi dapat membuktikan kepada orang lain bahwa mereka bisa bangkit dan menjadi anak yang membanggakan.

Cara mengatasi kondisi broken home

Kondisi broken home pada anak harus segera mendapatkan perhatian dan penanganan dini. Beberapa cara bisa kita lakukan untuk mengatasi kondisi broken home, diantaranya:

  • Ajaklah untuk berpikiran positif.Cobalah untuk mengajak anak untuk selalu berpikir positif dalam segala kondisi yang dihadapinya. Memang tidak mudah untuk selalu berpikiran positif meskipun dalam kondisi yang seakan membuat kita menyerah. Namun jika membiarkan anak terus termenung sedih dan selalu berpikir negatif bukanlah solusi yang tepat. Ajarkan anak dengan pelan untuk mulai bisa menerima kenyataan dan mencoba berpikiran positif.
  • Mencoba hal-hal baru. Ajaklah anak untuk mencoba hal-hal yang baru, selama itu dapat bersifat positif dan membentuk karakter anak yang positif maka hal-hal tersebut bisa dilakukan. Misalnya saja mencoba hobi baru, ke tempat-tempat baru yang mengasyikkan, dan lainnya yang membuat pikiran menjadi lebih fresh serta pikiran-pikiran buruk dapat terlupakan sejenak.
  • Tanggung  jawab sebagai orang tua dalam keluarga,penting untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi.Orang tua berperan untuk menciptakan situasi emosional sehat dan bertanggung jawab pada keluarga.
  • Kreativitas dan ekspresif.Cara ini dapat dilakukan orang dewasa untuk membuat lingkungan dalam keluarga tetap sehat.Kreativitas bisa membantu pemikiran dan membangun kembali hubungan keluarga.
  • Membangun kepercayaan cara mengatasi broken home yaitu membangun kepercayaan orang-orang terdekat.Kepercayaan penting untuk tumbuh kembang anak dan hubungan keluarga .
  • Mencari bantuan professional,dukungan keluarga dan teman ,penting untuk mengatasi broken home.Adanya bantuan dan dukungan ini untuk mengatasi permasalahan sulit dan mencegah akan hal-hal yang di alami si anak,karena dengan peran dan dukungan dari orang terdekat sangat berpengaruh dalam permasalahn pribadi sianak.

Daftar pustaka:

https://katadata.co.id/www.popmama.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun