“Oh om Maman, disini gini dah panas! Puasa? Insya Allah,” respon hangat disertai sedikit bernada religius tapi sebenarnya ambigu.
“Lebaran pulang ya,” anjurnya singkat. Cukup tiga kalimat.
Kalimat yang jarang saya dengar keluar darinya. Asumsi saya, ia merasa berperan untuk mengingatkan saya yang jauh disini.
Setelah kepergian kakek di tahun 2007, yang kemudian disusul papa lima tahun berikutnya.
Ayah dari dua anak perempuan ini otomatis menjadi perwakilan keluarga besar H.Muchtar.
“Nah itu dia om…” saya menjawab sekilas. Sambil pelan-pelan mikir lanjutannya.
Nah itu dia gimana? Nah itu dia bakal pulang, atau nah itu dia….enggak!
Satu diantara tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun,
lebaran adalah motif terkuat untuk bisa berkumpul bareng keluarga besar dari manapun.
Saya yakin, tidak ada satupun manusia yang ingin absen saat lebaran. Di tengah-tengah keluarga mereka.
Sukacita, tertawa dan bahagia.
Belum selesai mengetik pesan berikutnya, ia duluan membalas.