Tiba-tiba, lampu senternya berkedip-kedip, hampir mati. Alex dengan cepat menggoyangkan senternya, berusaha mempertahankan cahaya yang menyala.
"Jangan mati, jangan mati," gumamnya dengan nada panik.
Namun, keadaan semakin buruk. Lampu senternya akhirnya padam, membenamkan mereka dalam kegelapan yang total. Suasana semakin tegang, dan mereka merasakan bahwa bahaya semakin dekat.
Dalam keheningan gelap yang menyelimuti mereka, mereka mendengar suara napas berat di telinga mereka. Suara itu semakin dekat, semakin mengganggu ketenangan mereka.
Dalam kegelapan yang menyelimuti mereka, suara-suara aneh terus menghantui telinga mereka. Bisikan-bisikan samar bergema di sekeliling, menciptakan rasa takut yang semakin mendalam. Mereka merasa seperti dikelilingi oleh entitas jahat yang mengintai dari setiap sudut ruangan.
Sementara itu, udara menjadi semakin dingin, membeku hingga menembus tulang. Hembusan angin menusuk mereka, seolah-olah ada kekuatan gaib yang mencoba menarik mereka ke dalam dunia gelap yang tak terjamah.
Mata mereka terus berusaha menyesuaikan dengan kegelapan yang pekat, mencoba menangkap setiap gerakan dan bayangan yang bergerak di sekitar. Namun, semakin mereka mencoba memahami apa yang sedang terjadi, semakin terperangkap mereka dalam keadaan yang mencekam.
Tiba-tiba, dari kejauhan, suara tangisan anak kecil terdengar. Sarah merinding mendengarnya dan refleks meraih lengan Jessica.
"Kamu dengar itu?" bisiknya dengan ketakutan.
Jessica mengangguk, wajahnya penuh kebingungan. "Tapi di mana suara itu berasal?"
Mereka berusaha mengikuti suara tangisan itu, bergerak hati-hati di antara ruangan yang kelam dan gelap gulita. Setiap langkah mereka penuh kehati-hatian, takut mengganggu entitas jahat yang menyelimuti rumah itu.