Surat Untuk Dea
Aku sengaja menulis sajak  ini untuk mu,
Karena hatiku sedang mengolara karena degup jantungmu.Â
 Aku pernah menelusuri sunyinya malam
Tapi gemuruh suaramu menerawang melolong jauh.Â
Dan malam  itu, aku langsung mencari gemuruh suaramu.
Aku sempat meragu dengan keraguaku,Â
Ketika aku menatap dari kejauhan wajahmu yang mungil, di saat beradu pandang di tepi sungai Babilon.Â
Mungkinkah gerak cinta itu saat pandangan pertama, menusuk ruang dan waktu sampai ke sumsum jiwaku
Sehingga jiwa yang nihil menjadi jiwa yang makna.
Ataukah cinta itu sebuah luka yang menusuk duka. "Ahhh rupa-rupanya tidak  dea" cintamu seperti  seorang filsuf yang membawa pada lentera hidup dan aku sungguh merasakannya.
sungguh murni cintamu
Dea...
Itulah  recehan rasaku, yang aku tuang pada secangkir tulisanku dengan semilir  hembusan senyummu
Hmmmmmmmm aku terbuai
Ohw ya dea.........
Satu yang tak kulupakan darimu ketika seberkas cahaya yang kau titipkan pada tiang awan kerinduan disaat mentari pagi menjelma dari sudut kamarku.Â
Aku baru sadar ternyata seluruh hidupku adalah aku,Â
aku yang tahu dari ketiadaan waktu
Terimakasih kamu pernah hadir dalam masa laluku....Â
Izinkan aku membawa semua kenangan ini, karena aku tahu, kita adalah dua rasa yang tidak saling menyatu tapi berdampingan.
Biarkan mentari menjadi saksi....
By: Egiwandi
Jogja, 29 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H